Tak cuma itu, kursus membatik dapat membuka peluang usaha yang cukup besar di bidang fashion and craft. Salah satunya yang dilakukan Santi Candra yang membuka usaha bernama SiChantiq (@sichantiq.id).
Santi merupakan alumni LKP Arimbi Yogyakarta pada 2021. Saat ini, ia berbisnis di bidang industri kreatif, khususnya produk fashion and craft. Dia menjual t-shirt, cardholder, scraf, shawl, dan lain sebagainya.
“Awalnya saya merasa malu karena tidak pernah tahu cara membatik,” cerita Santi mengenai awal mengikuti kursus di LKP Arimbi dikutip dari laman Vokasi Kemdikbud, Selasa, 9 Mei 2023.
Perempuan asli Yogyakarta itu awalnya belum mahir dalam membatik, bahkan tidak tahu sama sekali cara membatik. Hingga akhirnya, ia memilih kursus. Di LKP Arimbi Yogyakarta, dia belajar filosofi batik, motif batik di Indonesia, dan praktik langsung.
Selama tiga bulan pembelajaran, Santi semakin yakin membuka usahanya. Produk buatan Santi memiliki nilai tambah lantaran berkonsep produk ecoprint alias ramah lingkungan.
Setiap produk buatannya menggunakan pewarnaan dan print dari bahan alam, seperti daun dan bunga serta batang kayu. Santi mendapatkan omzet hingga belasan juta rupiah karena keunikan itu.
“1.000 pcs pernah terjual dalam waktu kurang lebih dua bulan untuk produk binder buku dari batik dan lurik,” cerita Santi.
Usaha Santi tidak hanya bermanfaat untuk pribadi. Dia membuka lapangan pekerjaan kepada orang-orang di sekitarnya. Terdapat satu orang yang membantunya sebagai admin dan satu orang lagi berwenang sebagai petugas lapangan. Sementara itu, untuk tenaga produksi, dia memanfaatkan ibu-ibu rumah tangga yang membutuhkan pendapatan tambahan.
Belajar batik di LKP Arimbi Yogyakarta
Santi mengaku senang selama belajar di LKP Arimbi melakukan berbagai macam praktik membatik. Bukan hanya motif tradisional atau motif khas keraton Yogyakarta, tetapi juga praktik kontemporer.Hal itu dibenarkan Arimbi selaku pendiri dan Direktur LKP Arimbi. Arimbi menyampaikan dalam pembelajaran di LKP, siswa mendapatkan materi lengkap.
“Di samping mengajarkan pakem-pakem batik Yogyakarta, kami pun mengajarkan pola batik di daerah lain,” tutur Arimbi.
Arimbi menjelaskan setiap daerah memiliki khas batik tersendiri. Misalnya, pola batik di Jawa Barat dan Yogyakarta berbeda. Apalagi, peserta didik yang berasal dari luar daerah Jawa, Arimbi juga mengajarkan motif batik sesuai dengan daerah peserta didik tersebut.

LKP Arimbi Yogyakarta. DOK Vokasi Kemdikbud
Arimbi selalu menekankan ke peserta di LKP-nya untuk benar-benar mengetahui makna, teknik, dan cara pembuatan batik. Sehingga, peserta didik bersungguh-sungguh membuat karya batik yang terdapat alur ceritanya. Dengan begitu memiliki nilai lebih dari batik yang telah dibuat.
LKP Arimbi juga menekankan nilai kewirausahaan kepada peserta didik. Arimbi mengatakan paling dasar dalam berwirausaha di bidang membatik adalah mengetahui segmen pasar.
Dia mengatakan dengan mengetahui pasar dapat membuat produk kreasi batik sesuai keinginan pasar. “Selain itu yang tak kalah penting juga pemasaran dan kolaborasi,” tutur dia.
LKP Arimbi juga memiliki teaching factory (Tefa) yang setiap harinya memproduksi kain batik. Peserta didik dapat turut serta membantu dalam proses produksi batik, mulai dari pembuatan motif, pewarnaan, bahkan sampai pengemasan.
LKP Arimbi didirikan sejak 1988. Arimbi menyebut pendirian LKP adalah usaha terbaiknya melestarikan kebudayaan.
Saat ini, batik telah digunakan sehari-hari, mulai dari lahir, menjelang remaja, menikah, sampai meninggal yang menggunakan lurup batik. Arimbi mengatakan dengan adanya kursus membatik bisa menularkan ke pemuda sebagai penerus bangsa.
Baca juga: Ikut Program PKW, Saniyah Ubah Hidup dari Buruh Garmen Jadi Pengusaha |
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News