“Kehidupan ini tidak cukup kita lalui dengan cara yang biasa-biasa saja. Saudara-Saudara dilahirkan oleh almamater berprestise dengan kewibawaan akademik dan sosial yang besar. Ini harus tecermin pada Saudara,” ujar Fauzan.
Fauzan juga menekankan, evolusi tidak cukup dilakukan oleh individu. Saat ini, perguruan tinggi masih mengalami berbagai persoalan.
“Evolusi pendidikan harus terjadi secara institusional. Posisi perguruan tinggi kita masih berada di fase mengejar ketertinggalan, belum memanfaatkan keberhasilan,” kata Fauzan.
Fauzan menyatakan, gelar akademik bukanlah akhir, melainkan awal dari proses belajar sesungguhnya di kehidupan nyata. Ilmu dan gelar yang didapat di perguruan tinggi harus dimanfaatkan untuk mengubah lingkungan dan diri sendiri menjadi lebih baik.
“Setiap orang memiliki energi dan potensi yang bisa dimaksimalkan. Mereka yang tidak bisa memaksimalkan energi, itulah yang disebut pola pikir ‘minimized’,” jelas Fauzan.
Ia mengajak para wisudawan untuk meninggalkan pola pikir tersebut, yang seringkali terjebak dalam kebiasaan membatasi diri menggunakan alasan-alasan yang umum dimaklumi. Sebaliknya, Fauzan mendorong sikap keberanian mengambil langkah lebih jauh dan menghadapi tantangan. Hal inilah yang dapat mendorong manusia menjadi yang terbaik di bidang apapun yang mereka tekuni.
Fauzan menyampaikan analogi evolusi diri dalam kehidupan melalui metamorfosis ulat menjadi kupu-kupu. Ia menggambarkan fase kelulusan sebagai ulat–belum terlihat eksistensinya oleh dunia.
“Ketika Anda bertekad untuk mengembangkan diri, inilah proses menjadi kepompong. Ketika Anda berhasil melakukan pekerjaan Anda dengan baik, barulah Anda menjadi kupu-kupu, menjadi orang yang dicari,” kata Fauzan.
Program Kampus Berdampak yang tengah digagas oleh Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) bertujuan untuk merespons isu ini. Potensi yang dimiliki kampus seperti riset, kompetensi dosen, dan Tridarma Perguruan Tinggi hendak dimanfaatkan untuk menjawab masalah yang berkembang di masyarakat.
“Kehadiran kampus merupakan bagian dari masyarakat dan dunia sosial pada umumnya. Dunia kampus diperlukan oleh masyarakat, dan kampus juga harus berprinsip memerlukan dan memahami masyarakat,” jelas Wamen Fauzan.
Baca juga: Revisi UU Sisdiknas Akan Gabungkan 4 Undang-Undang, Apa Saja? |
Fauzan menekankan kesatuan antara perguruan tinggi dengan masyarakat, dengan kampus yang berperan sebagai problem solver terhadap masalah-masalah yang dimiliki masyarakat.
“Sinergitas sosiologis dan akademis ini diharapkan dapat dicapai sebagai motor penggerak dalam saintifikasi pembangunan nasional,” ujar Wamen Fauzan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News