Penghargaan yang diinisiasi Ibu Negara Iriana Joko Widodo dan Istri Wapres Wury Estu Ma’ruf Amin ini diserahkan langsung oleh Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa. Penghargaan yang diterima Diah merupakan penghargaan kepada perempuan-perempuan Indonesia yang berjasa dan berprestasi di berbagai bidang.
Perempuan yang akrab disapa Diah ini mulai konsern terhadap anak berkebutuhan khusus (ABK) sejak 2014. Dia berkonsentrasi membangun support parent cerebral palsy termasuk penanganannya yang tergabung dalam serangkaian kegiatan awareness dan pendampingan bagi anak dengan kondisi cerebral palsy.
“Selain mendampingi, saya juga mengelola layanan fisio dan psiko bagi anak-anak cerebral palsy dan melakukan pembinaaan untuk parent support secara mandiri berbasis keluarga,” beber Diah dikutip dari laman unesa.ac.id, Rabu, 4 Januari 2022.
Dosen kelahiran Surabaya, 7 Mei 1982 itu tak cuma fokus ke cerebral palsy, tetapi juga ke anak berkebutuhan khusus lainnya, seperti down syndrom, autis, dan lain-lain. Dia juga terlibat dalam program Dharma Wanita Persatuan Surabaya dan Pusat Layanan Disabilitas (PSLD) Unesa.
Diah juga menjadi salah satu support system di Pusat Studi dan Layanan Disabilitas (PSLD) dan menjadi bagian dari konstruksi penanganan cerebral palsy di Surabaya. Dia mengelola layanan fisioterapi dan psikoterapi untuk cerebral palsy dan masyarakat melalui sinergi dan kerja sama dengan DP3AK Provinsi Jawa Timur.
"Terutama dalam pendampingan anak-anak dengan ibu yang berprofesi sebagai driver gojek,” cerita Diah.
Diah meraih penghargaan Perempuan Berdaya Indonesia Jaya dari Wali Kota Surabaya pada Puncak Peringatan Hari Ibu Desember 2017. Diah sangat bersyukur dan menjadikan penghargaan ini sebagai pelecut semangat untuk terus memberikan kontribusi terbaik ke depan.
Penghargaan yang diperolehnya itu merupakan buah dari kecintaannya terhadap dunia disabilitas. Motivasi Diah terjun jauh dalam bidang tersebut karena pengalaman yang dirasakan ketika menangani anak dengan kondisi cerebral palsy berat. Anak tersebut mengalami banyak kesulitan karena hambatan motorik sehingga membutuhkan perhatian bersama.
“Saya berupaya agar anak-anak ini mendapatkan pelayanan dan maintenance untuk kualitas hidup yang lebih baik seperti anak tidak mudah sakit (homeostasis), maintenance untuk otot dan tulangnya, menjaga persendian sehingga mengantisipasi terjadinya dislok dan lain-lain,” ujar Diah.
Dia bersinergi dengan sejumlah pihak di antaranya Perhimpunan Fisioterapi Anak Indonesia (PFAI) Jatim, Perhimpunan Dokter Gigi Anak Indonesia (PDGAI), okupasi terapi, dan beberapa dokter di Surabaya. Hal itu dilakukan karena ABK sangat kompleks dan memiliki kebutuhan berbeda-beda bergantung pada kondisi masing-masing anak.
Ke depan, Diah memiliki mimpi dan harapan terciptanya situasi dan kondisi yang benar-benar inklusi, bukan hanya di dunia pendidikan dan kesehatan. Tetapi juga di lapangan kerja dan masyarakat pada umumnya.
“Semua anak itu unik terlepas dari kondisi berkebutuhan khusus atau tidak, yang terpenting jangan menuntut anak untuk menjadi seperti yang kita inginkan, tetapi bagaimana membersamainya dalam tumbuh kembang yang optimal,” ujar dia.
Baca juga: Festival Setara & Berdaya, Begini Cara Mengembangkan Potensi Anak Berkebutuhan Khusus |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News