Mahasiswa Program Doktor UGM, Heru Astikasari Setya Murti. DOK UGM
Mahasiswa Program Doktor UGM, Heru Astikasari Setya Murti. DOK UGM

Teliti Berpikir Kritis untuk Mereduksi Miskonsepsi Psikologi, Mahasiswa UGM Dapat Gelar Doktor

Renatha Swasty • 28 Juli 2023 13:43
Jakarta: Mahasiswa Program Doktor Universitas Gadjah Mada (UGM), Heru Astikasari Setya Murti, menyebut beredarnya informasi tidak akurat dapat menimbulkan terjadinya penyebaran miskonsepsi psikologi, terlebih lagi di era serba digital. Era yang mempermudah penyebaran informasi yang sebenarnya keliru.
 
“Perkembangan media sosial membuat orang menyebarkan begitu saja informasi yang mereka dapatkan dan menyebarkannya tanpa terlebih dahulu mengecek kebenaran fakta, dan seringkali media sosial menjadi sarana untuk propaganda dan transisi informasi yang keliru,” ujar Astikasari saat mempertahankan disertasinya dikutip dari laman ugm.ac.id, Jumat, 28 Juli 2023.
 
Astikasari mengatakan sangat penting memahami paparan informasi tanpa disertai dengan pemahaman tepat akan mengarahkan pada ketersesatan dan miskonsepsi. Terlepas dari kondisi masyarakat yang memercayai miskonsepsi mengenai psikologi, di bidang psikologi sendiri, miskonsepsi menyebar seperti halnya informasi akurat.

Astikasari mempertahankan disertasi berjudul Peran Berpikir Kritis dan Inhibisi Kognitif Pada Miskonsepsi Psikologi. Dia menempuh ujian terbuka Program Doktor Ilmu Psikologi, Fakultas Psikologi UGM di hadapan tim penguji, promovenda yang juga dosen Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga.
 
Dia menuturkan penelitiannya bertujuan mengetahui peran berpikir kritis melalui instruksi berpikir kritis yang terintegrasi dengan refutation text dalam mereduksi miskonsepsi psikologi dan mempertimbangkan inhibisi kognitif sebagai moderator. Sekaligus, mencoba mengembangkan media pengajaran instruksi berpikir kritis yang diintegrasikan dengan refutation text dalam bentuk serious game.
 
“Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen Between Subject Design dengan desain The Basic Randomized Design Comparing Two Treatments,” ucap dia.
 
Astikasari menjelaskan partisipan penelitian adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana yang berjumlah 67 mahasiswa dengan rentang usia 18-22 tahun (M=19,6; SD=1,244). Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan miskonsepsi psikologi antara kelompok perlakuan 1 (IBKT) dengan kelompok perlakuan 2 (IBK) (t(65)=0,229; p>0,05).
 
Hasil penelitian memperlihatkan perlakuan instruksi berpikir kritis menggunakan serious game yang terintegrasi dengan refutation text (IBKT) terhadap miskonsepsi psikologi memberikan hasil relatif tidak berbeda dengan instruksi berpikir kritis tanpa refutation text (IBK). Ini berarti berpikir kritis yang diberikan melalui instruksi berpikir kritis secara mandiri maupun terintegrasi dengan refutation text memberikan pengaruh serupa terhadap hasil miskonsepsi psikologi.
 
Hasil penelitian ini juga menunjukkan inhibisi kognitif dapat menjadi moderator baik pada kelompok perlakuan 1 (IBKT) maupun pada kelompok perlakuan 2 (IBK). Pada kelompok perlakuan 1 (IBKT) inhibisi kognitif menjadi moderator dengan arah positif, sementara pada kelompok perlakuan 2 (IBK) inhibisi kognitif menjadi moderator dengan arah negatif.
 
“Sebagai implikasinya, IBKT dan IBK dalam serious game dapat menjadi metode pembelajaran berpikir kritis untuk mengurangi miskonsepsi psikologi,” papar dia.
 
Berdasarkan hasil implementasi serious game, Serious Game Berpikir Kritis yang dibuat dalam penelitian ini dapat menstimulasi berpikir kritis sehingga pengembangan lebih lanjut dari game untuk meningkatkan berpikir kritis dalam pendidikan. Hal itu dapat dilakukan bagi mahasiswa karena mahasiswa dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan menggunakan inhibisi kognitif agar dapat mengurangi miskonsepsi yang dipegangnya.
 
Secara lebih khusus, bagi pengampu mata kuliah di bidang Psikologi dapat lebih mencermati keberadaan miskonsepsi Psikologi dan menerapkan upaya-upaya untuk mengatasinya. Salah satu bentuknya dengan menggunakan refutation text untuk mengurangi miskonsepsi yang dialami mahasiswa.
 
“Saya kira proses yang sudah dilakukan dalam penelitian ini dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi suatu model pembelajaran,” ujar dia.
 
Baca juga: Mahasiswa UGM Kembangkan Aplikasi Kalkulator Magnet Bumi Berbasis Situs Web

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan