Wajar saja jika awan yang dapat menimbulkan cuaca ekstrem ini sangat berbahaya bagi dunia penerbangan. Awan Cumulonimbus merupakan salah satu awan konvektif sehingga bentuknya cukup besar dan menjulang tinggi seperti pohon. Pada bagian atasnya terdapat bentuk seperti topi.
Awan Cumulonimbus memiliki warna putih hingga abu-abu sangat gelap, serta membawa muatan air atau kristal es cukup banyak. Lantas, bagaimana awan cumulonimbus bisa terbentuk? Yuk, simak penjelasan berikut ini:
Pengertian Awan Cumulonimbus
Melansir laman universetoday.com, awan cumulonimbus merupakan variasi dari awan nimbus sebagai awan pembawa curah hujan. Cumulonimbus terbentuk di bawah ketinggian 20.000 kaki dan relatif dekat dengan tanah.Mengutip laman BMKG, pada kawasan tropis ketinggian awan ini dapat mencapai lebih dari 18 kilometer. Awan ini juga dapat menembus hingga lapisan stratosfer yang biasanya disebut sebagai overshooting top cumulonimbus. Jika dilihat dari permukaan, awan ini terlihat tebal, gelap, dan tinggi.
Awan ini mempunyai beberapa tahapan sebelum matang dan luruh menjadi hujan lebat.
Hal ini disebabkan karena awan membawa banyak uap air.
Awan ini juga dikenal sebagai awan guntur yang menghasilkan petir akibat dari gesekan antara tetesan terionisasi. Muatan statis yang terbentuk menghasilkan petir.
Biasanya, awan ini hanya berlangsung sekitar 20 menit dalam menghasilkan hujan lebat. Tidak hanya membutuhkan banyak energi, tetapi terbentuknya awan juga mengeluarkan banyak energi.
Proses terbentuknya awan cumulonimbus
Awan cumulonimbus terbentuk di bagian bawah troposfer, lapisan atmosfer paling dekat dengan permukaan Bumi. Wilayah tersebut menjadi akibat dari penguapan dan efek rumah kaca yang menghasilkan banyak arus udara hangat yang memungkinkan terbentuknya awan cumulus dan cumulonimbus.Sebelum menjadi hujan lebat, pada tahap pertama awan akan tumbuh menjulang ke atas dalam fase cumulus. Di dalam awan cumulus ini memiliki updraft (gaya hentakan ke atas) yang cukup kuat sehingga mendorong awan dapat tumbuh ke atas.
Pada tahap kedua yaitu fase matang. Pada fase matang ini awan Cumulonimbus terbentuk, yang ditandai dengan adanya sambaran petir, angin kencang, dan hujan lebat. Fase ini awan memiliki updraft ataupun downdraft (gaya hentakan ke bawah) yang kuat sehingga berbahaya bagi dunia penerbangan.
Kemudian pada tahap terakhir yaitu fase peluruhan, yang berarti awan sudah mulai luruh dan menghilang. Biasanya akan disertai hujan dengan intensitas ringan hingga sedang. Pada fase ini hanya tersisa downdraft dan tidak ada updraft sehingga awan tidak dapat mempertahankan bentuknya dan luruh.
Awan Cumulonimbus single sel memiliki siklus hidup berkisar antara 30-60 menit. Jika awan Cumulonimbus multisel ataupun super sel dapat lebih dari waktu tersebut.
Sobat Medcom yang melihat awan ini, hendaknya bersiap-siap waspada akan potensi cuaca ekstrem yang ditimbulkan. (Theresia Vania Somawidjaja)
| Baca juga: Siswa, Yuk Kenalan dengan jenis-jenis, Bentuk, dan Kombinasi Awan |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News