"Anak-anak perlu diajari membangun personal branding sejak dini, agar mereka mengenal visi misi dalam hidupnya," kata Dewan Pengarah Siberkreasi, Diena Haryana, melalui keterangan tertulis, Minggu, 12 Mei 2025.
Pegiat literasi digital dan founder Sejiwa itu mengingatkan orang tua agar jeli melihat tingkah laku anak. Jika anak memiliki adiksi pada gawai, biasanya memiliki tingkah laku seperti enggan belajar, tidak tertarik beraktivitas di luar rumah, hingga merugikan secara finansial.
Untuk itu, anak-anak harus memiliki personal branding yang baik. Agar tidak menjadi sasaran komentar negatif di ruang digital.
Tak hanya itu, Diena juga menegaskan bahwa anak-anak yang terlibat dalam judi online justru akan menambah beban psikologis di masyarakat karena pelaku judi menjadi bertambah.
Selalu pantau tumbuh kembang anak
Psikolog Nurul Qomariah mengatakan orang tua perlu selalu hadir dalam tumbuh kembang anak. Dimulai dengan melakukan observasi keterlibatan karena anak menunjukkan apa yang ia butuhkan melalui perilakunya.Nurul mengatakan anak usia 10 tahun sedang memiliki adrenalin untuk belajar yang tinggi. Tak heran jika tak terkontrol mereka bisa coba-coba melakukan kegiatan yang menimbulkan kecanduan dan terjebak pada hal-hal negatif.
"Sehingga, anak-anak dapat tumbuh dengan sudut pandang negatif pada dirinya," kata Nurul.
Nurul juga mendorong orang tua untuk hadir secara utuh, tidak sekadar ada di samping anak-anak. "Alangkah baiknya jika kita memberikan waktu untuk menceritakan apa yang menjadi kesukaannya. Karena kalau anak sudah trust sama kita sebagai orang tua maupun pengasuh, maka ia akan mudah menceritakan apa-apa yang menjadi kesukaannya," ucap Nurul.
Apa yang dilakukan jika anak telanjur terjerat judi online?
Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Ai Maryati Solihah, menyoroti adiksi judi online pada anak. Masalah ini sudah menjadi masalah publik yang semakin mengkhawatirkan.Jika seorang anak sudah mengalami adiksi terhadap judi online, dia menyarankan dukungan dari orang tua harus lebih optimal dalam proses pemulihan.
"Di sinilah kerap sekali judge maupun bahasa-bahasa diskriminasi hadir. Marah dan putus asa terhadap anak harus dihindari. Karena, penerimaan anak terhadap orang tua sangat penting," ujar Ai Maryati.
Dia menambahkan pemerintah daerah juga menjadi faktor penting dalam pemulihan anak dari perilaku negatif seperti judi online. KPAI menemukan ekosistem negatif pada anak diakibatkan oleh penyalahgunaan teknologi dan media sosial, seperti keinginan anak untuk bunuh diri, anak berhadapan dengan hukum, hingga eksploitasi ekonomi.
"Orang tua adalah role model bagi anak, hingga harus memiliki kecakapan dan bijak dalam menggunakan teknologi," kata Ai Maryati.
Baca: Kenali Ancaman Judi Online dan Perbedaan dengan Gim Online |
Menurut dia, orang tua adalah pintu utama komunikasi dalam membangun kesepakatan-kesepakatan dengan anak dalam menggunakan gawai. Agar anak tidak terpapar penyalahgunaan konten negatif di jagat maya.
Diskusi mengenai strategi agar anak tidak mudah terpengaruh dengan tipuan, rayuan, dan iming-iming judi online ini mengemuka dalam Obral Obrol Literasi Digital yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika pada Jumat, 10 Mei 2024. Diskusi mengangkat topik Rangkul Anak, Cegah Judi Online pada Anak.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id