Hal ini dikarenakan bencana telah menghilangkan perlengkapan sekolah para murid. Termasuk seragam dan sepatu mereka. "Maka mereka tidak harus belajar sebagaimana yang normal, artinya mereka boleh saja tidak pakai seragam, boleh saja mereka tidak pakai sepatu, dan yang lain-lainnya," kata Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti dalam siaran YouTube BNPB, dikutip Rabu 31 Desember 2025.
| Baca juga: 85 Persen Sekolah di Aceh, Sumbar dan Sumut Siap Belajar Mulai 5 Januari 2026 |
Namun yang terpenting, kata Mu'ti, proses belajar dapat berjalan. Terlebih para murid akan mulai menjalani semester genap di awal tahun nanti.
"Bahwa anak-anak dapat belajar yang kita rencanakan dimulai pada 5 Januari yang akan datang. Meskipun memang karena kondisi yang berbeda-beda," sebut dia.
Saat ini 85 persen sekolah di Aceh, Sumatra Utara dan Sumatra Barat sudah kembali menjalankan aktivitas belajar mengajar. "Total keseluruhan sekolah yang sudah bisa beroperasi 85 persen," kata Mu'ti.
Adapun sekolah terdampak bencana Sumatra mencapai 4.149 sekolah. Secara rinci, 2.756 sekolah ada di Aceh, 443 sekolah di Sumatra Barat dan 950 sekolah di Sumatra Utara.
"Sekolah yang sudah bisa beroperasi untuk di Aceh ada 2.226 atau 81 persen, kemudian di Sumatera Barat 380 atau 86 persen, dan di Sumatera Utara 902 atau 95 persen," jelas Mu'ti.
Dengan begitu, tinggal 54 sekolah lagi yang belum bisa digunakan. Hal ini disebabkan kerusakan yang serius.
"Bahkan sebagian sekolah memang sudah rusak total sehingga mereka harus belajar di tenda," lanjutnya.
| Baca juga: 5 Kebijakan Dalam Kurikulum Sepanjang 2025, Mapel Coding hingga Deep Learning |
Ia menerangkan, untuk wilayah yang sekolahnya belum bisa beroprasi, telah disiapkan tenda belajar darurat. Adapun sudah disiapkan 54 tenda.
"54 tenda ini 14 di Aceh, 21 di Sumatra Barat dan 19 di Sumatra Utara," ungkapnya.
Lebih lanjut, saat ini 516 sekolah di Aceh yang masih dalam proses pembersihan. Sementara di Sumatra Barat ada 42 sekolah dan di Sumatra Utara 29 sekolah juga masih dalam tahap pembersihan.
"Total yang masih proses pembersihan ada 587," jelasnya.
Menurutnya, proses pembersihan ini tergolong tugas yang berat. Karena tingkat kerusakan yang dialami sekolah sangat berat.
"Yang proses pembersihan kami sampaikan terus kami lakukan karena memang tingkat kerusakan dan juga dampak dari banjir itu sangat berat sehingga karena itu prosesnya membutuhkan waktu yang lebih lama," pungkas Mu'ti.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News