Rachmat Kriyantono dalam orasi ilmiahnya memaparkan penelitian tentang Penerapan Model Excellence Plus pada Humas Pemerintah. Model tersebut bermanfaat mengembangkan praktik humas pemerintah agar bisa melaksanakan fungsinya sebagai penanggung jawab sistem komunikasi lembaga dalam menunjang pelayanan publik di era digital.
Model Excellence Plus bermakna humas dianggap bagian dari kelompok berpengaruh di staf bukan hanya di level manajerial. Humas dipercaya menyampaikan aspirasi dan keluh kesah staf di level menegah dan bawah agar disampaikan kepada pimpinan.
Dia mengatakan dalam model tersebut mengangkat prinsip akomodatif dan advokasi dari Teori Contingency of Accommodation dan prinsip kearifan lokal sebagai cara menjalankan fungsi dan peran Humas.
“Agar makin menguatkan humas pemerintah, maka disarankan Model Excellence Plus harus diimbangi dengan persepsi pimpinan yang positif terhadap fungsi dan peran Humas,” papar Rachmat dikutip dari laman prasetya.ub.ac.is, Rabu, 21 Juni 2023.
Sinkronisasi antarperaturan humas pemerintah lintas sektor harus dilakukan sehingga tidak terjadi degradasi humas pemerintah. Dia berharap profesi humas diperkuat eksistensinya di lembaga pemerintah dengan cara mengadopsi prinsip-prinsip Ilmu Humas secara lebih baik.
Sementara itu, Surjono dalam disertasinya berjudul Perencanaan Kota Paripurna (PKP) berbasis wise city memaparkan perencanaan kota dari yang sifatnya teknokratis menuju kota paripurna yang arif, yaitu menyeimbangkan aspek material dan spiritual.
Sedikit berbeda dari model-model perencanaan kota berkelanjutan, yang mengintegrasikan matra sosial, ekonomi, dan lingkungan, model PKP melihat posisi kesejahteraan material dan spiritual sebagai tubuh dan roh kota. Sehingga, PKP mengintegrasikan tiga matra, yaitu lingkungan alam, lingkungan binaan, dan lingkungan manusia.
Dia menyebut terdapat empat fase menuju kota paripurna yaitu pengentasan kemiskinan, peningkatan ketahanan, peningkatan kelayakhunian, dan peningkatan kebahagiaan.
Surjono menuturkan kekuatan dari PKP lebih responsif terhadap aspek kebahagiaan yang hakiki, meliputi material dan spiritual sebagai outcome pembangunan kota, sesuai dengan kultur bangsa yang berketuhanan dan membuka ruang kajian yang luas di masa depan.
"Kelemahannya adalah sulitnya mengukur apalagi menetapkan standar kebahagiaan spiritual komunitas yang majemuk dan kompleks,” tutur dia.
Dia mengatakan sebagai suatu organisma, roh dari kota adalah manusia sebagai penduduk kota. Sehingga, pembangunan kota bukan hanya untuk mengembangkan modal alam, lingkungan binaan, sosial, dan manusia dari perspektif fisik material, namun juga dari perspektif kebahagiaan dan spiritual well-being.
Dalam implementasinya model PKP ini, proses perencanaan kota mengikuti siklus dari empat fase kegiatan pengentasan kemiskinan, penguatan ketahanan (resilience) masyarakat dan kota, meningkatkan kelayakhunian (livability) kota, dan meningkatkan aspek psychological-spiritual well-being.
Rachmat Kriyantono dikukuhkan sebagai Profesor aktif ke-2 di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) dan Profesor aktif ke-166 di Universitas Brawijaya serta menjadi Profesor ke-312 dari seluruh Profesor yang telah dihasilkan oleh Univesitas Brawijaya.
Sementara itu, Surjono dikukuhkan sebagai Profesor aktif ke-16 di Fakultas Teknik (FT) dan Profesor aktif ke-167 di Universitas Brawijaya serta menjadi Profesor ke-313 dari seluruh Profesor yang telah dihasilkan oleh Univesitas Brawijaya.
Baca juga: Dosen UB Jadi Nominator Desain Logo IKN, Kepoin Profilnya Yuk |
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News