Dosen Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada (UGM), Hastanti Widy Nugroho, menilai pernyataan Dhani problematis. Mulai dari kesalahpahaman konsep naturalisasi hingga pemikiran patriarkis yang diskriminatif terhadap perempuan.
Widy menilai pernyataan itu memberikan gambaran tentang cara berpikir Ahmad Dhani yang sangat patriarkis dan diskriminatif.
“Ini kalau dalam feminisme disebut sebagai misoginis, yaitu kebencian, penghinaan, dan prasangka terhadap perempuan. Perempuan di sini dipahami hanya sebatas urusan dapur, sumur, dan kasur atau dalam bahasa biologinya, memahami perempuan sebatas urusan reproduksi. Urusan poligami juga tahu-tahu dibawa ke urusan sepakbola, kan aneh itu,” kata Widy dikutip dari laman ugm.ac.id, Sabtu, 8 Maret 2025.
Ia menyayangkan usulan seperti ini terlontar dari seorang anggota legislatif yang memiliki pengaruh dan posisi penting di Indonesia. Pengampu mata kuliah Feminism itu prihatin atas mentalitas dan kualitas anggota dewan yang menunjukkan pemahaman yang minim terhadap hak perempuan.
Baca juga: Out of The Box! Ahmad Dhani: Jodohkan Pemain Naturalisasi dengan WNI |
“Kalau disebut out of the box, yang jadi pertanyaan ini box yang mana? Bisa dibayangkan betapa parahnya masyarakat patriarki berkuasa dengan model seperti ini. Jika orang seperti ini menjadi anggota dewan lalu dia memiliki pengikut dan kesempatan untuk mengkampanyekan terus menerus nilai patriarkis ini, maka nasib perempuan Indonesia tidak bisa diharapkan lagi,” ucap dia.
Dia juga menilai pernyataan terkait warna kulit pemain sepak bola yang dinaturalisasi cenderung rasis. Dhani dinilai gagal memahami konsep nasionalisme.
Widu menuturkan proses naturalisasi bukan sebuah proyek reproduksi, yaitu mendatangkan orang asing untuk menghasilkan keturunan. Ketika seseorang memilih kewarganegaraan tertentu, hal itu seharusnya dilandasi oleh kecintaan terhadap Tanah Air leluhurnya atau tempat di mana dia berada.
Widy, yang juga mengikuti perkembangan sepak bola di Indonesia, membandingkan pandangan Ahmad Dhani dengan pengalaman pemain sepak bola yang telah melalui proses naturalisasi. Ia mencontohkan Maarten Paes memilih menjadi warga negara Indonesia dan menangis ketika lagu Tanah Airku dikumandangkan.
“Itu bukan hanya karena neneknya tinggal di Kediri dan dia memiliki romantisme masa lalu dengan kota tersebut. Bukan hanya itu, tapi momen itu menunjukkan rasa cintanya pada Tanah Air yang sampai sekarang tentu dicintainya dengan sepenuh hati. Nah konsep itu yang Ahmad Dhani lupa atau tidak mengerti,” tegas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News