“Kita juga memperhatikan anak-anak yang dari daerah 3T, di Papua maupun Papua Barat, karena jumlahnya cukup signifikan,” kata Nasir saat Konferensi Pers Capaian Kinerja Kemenristekdikti di Empat Tahun Pemerintahan Jokowi-JK, dengan tema "Peningkatan Kesejahteraan, Kebijakan Afirmatif, Kebudayaan, serta Prestasi Bangsa" di Kantor Kemenristekdikti, Senayan, Jakarta, Jumat, 26 Oktober 2018.
Program afirmasi tersebut, berupa beasiswa ADik (Afirmasi Pendidikan Tinggi) kepada anak-anak daerah 3T dan Papua. Jumlahnya hampir mencapai target pemerintah. Hingga saat ini yang terdaftar beasiswa ADik mencapai 4.715 dari target 5.743 anak.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
“Sisanya sekitar 900-an ini masih tahap verifikasi juga,” ujar Nasir.
Baca: Kuota Penerima Bidikmisi Meningkat Dalam Empat Tahun
Program ADik, kata Nasir, bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, serta akses bagi putra putri Papua, dan daerah 3T. Agar mereka dapat mengenyam pendidikan di perguruan tinggi sama dengan anak Indonesia di daerah lainnya.
Pada 2014 penerima manfaat program ini baru1.673 mahasiswa. Jumlahnya terus meningkat, hingga ditargetkan mencapai 5.743 mahasiswa di 2018. “Setiap tahunnya, Kemenristekdikti memberikan perhatian khusus kepada putra putri dari daerah Papua dan Daerah 3T. Ini yang harus kita dorong, agar ke depan lebih baik lagi,” papar Nasir.
Di samping mendapatkan beasiswa, mereka juga mendapatkan kuota khusus di perguruan tinggi negeri (PTN), dengan jalur seleksi tersendiri. Hasilnya, kata Nasir cukup menggembirakan, di mana 31% peserta program ini meraih Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) di atas 3,00,”ujar Menristekdikti.
Anak-anak daerah 3T ini pun beberapa berprestasi. Di antaranya, Feryan Fernanda lulusan Institut Pertanian Bogor (IPB), dengan IPK 3,74. “Jadi memang rata-rata secara umum, ada 31% penerima adirmasi ADik yang IPK-nya di atas 3,00. Ada juga yang IPK di bawah itu, tapi sudah di atas 2,5,” tuturnya.
Ada juga penerima beasiswa ADik yang lulus Pendidikan Kedokteran di Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Surakarta. Dan Wisudawan Insinyur dari Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo Papua.
“Ini dihasilkan dari lulusan afirmasi dari pendidikan Papua dan 3T,” pungkasnya.