"Di mana kita melihat orientasinya bukan hafalan, tapi daya nalar literasi, numerasi," kata Nino, sapaan karib Anindito Aditomo, di Gedung Kemendikbudristek, Jakarta, Kamis, 13 Juni 2024.
Nino menyebut Kurikulum Merdeka telah berhasil mendorong kemampuan siswa. Sehingga, mampu memenuhi probabilitas ketika berada di perguruan tinggi negeri (PTN).
"Saya kira itu menjadi powerfull untuk kita terus mendorong pembelajaran yang lebih berorientasi pada daya nalar," tutur dia.
Dia berharap pola yang sama digunakan pada Jalur Mandiri. Nino meminta soal-soal pada seleksi Jalur Mandiri mendukung pembelajaran yang telah dilalui siswa pada Kurikulum Merdeka.
"Kami sangat setuju bahwa itu juga perlu diupayakan di Jalur Mandiri juga. Karena itu kami terus berkoordinasi dengan Ditjen Diktiristek dan Vokasi untuk berkoordinasi dengan pimpinan PTN akademik dan vokasi supaya tes jalur mandirinya disesuaikan," ungkap dia.
Apalagi, kata dia, saat ini banyak perguruan tinggi negeri menggunakan hasil UTBK-SNBT sebagai salah satu poin dalam seleksi Jalur Mandiri. Tapi, tak jarang juga yang menggelar tes sendiri.
Nino mengatakan Kurikulum Merdeka tak boleh sekadar menjadi kurikulum nasional. Tapi, juga untuk menguji kemampuan calon mahasiswa diterima di perguruan tinggi.
"Jadi, tidak perlu dikelompokkan IPA, IPS, Bahasa. Dan itu pun sudah kita koordinasikan agar lulusan Kurikulum Merdeka tidak dikelompokkan demikian," tutur dia.
Baca juga: UTBK-SNBT 2024, Kelulusan Siswa Kurikulum Merdeka Lebih Rendah Ketimbang K13 |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News