Kemenkominfo menggelar seminar literasi digital. Foto: Kemenkominfo
Kemenkominfo menggelar seminar literasi digital. Foto: Kemenkominfo

Kemenkominfo Gelar Seminar Literasi Digital untuk Pesantren

Citra Larasati • 19 Juli 2022 13:00
Jakarta:  Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama Gerakan Nasional Literasi Digital Siberkreasi (GNLD) dan Kaukus Muda Indonesia (KMI) menggelar Seminar Literasi Digital Pesantren di Auditorium kampus IDIA Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur.  Seminar ini diikuti 380 peserta secara daring dan 480 peserta secara luring.
 
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan literasi digital mahasantri/wati agar bijak dan bertanggungjawab menggunakan internet. Kegiatan hari ini adalah pembuka kegiatan Seminar Literasi Digital Pesantren 2022 yang dilaksanakan secara daring dan luring, berdurasi 3 jam, selama 5 hari (15, 19, 21, dan 23 Juli 2022) di pesantren pesantren Kab. Sumenep, Jawa Timur.
 
Berdasarkan Survei Indeks Literasi Digital Nasional Indonesia yang diselenggarakan oleh Kemenkominfo dan Katadata Insight Center pada tahun 2021 disebutkan bahwa Indonesia masih berada dalam kategori “sedang” dengan angka 3.49 dari 5,00. Oleh karena itu, Kemenkominfo menyelenggarakan Seminar Literasi Digital Pesantren dengan materi yang didasarkan pada empat pilar utama literasi digital, kecakapan digital, budaya digital, etika digital dan keamanan digital.

Kegiatan dibuka dengan sambutan dari Muhtadi Abdul Mun’im, Rektor IDIA Al-Amien Prenduan, yang menyampaikan bahwa kegiatan ini sangat penting dilakukan karena sebagai pengguna internet, kita perlu beradaptasi dengan digitalisasi. "Kita tahu bahwa evolusi 4.0 ini memang tidak bisa kita hindari. Kita sudah berada di tengah-tengah dunia global yang diantaranya adalah dunia digital.
 
"Dunia digital ini harus kita kuasai," kata Muhtadi, dalam siaran persnya, Selasa, 19 Juli 2022.
 
Maka, kata Muhtadi, ada dua pilihan di dalam dunia digital ini. Apakah kita bisa mempengaruhi atau dipengaruhi. Untuk itu, kita perlu tahu edukasi tentang kecakapan digital, etika digital, budaya digital dan diantaranya ada keamanan digital.
 
"Kita bisa mengakses banyak pengetahuan untuk meningkatkan kemampuan dan mempersiapkan diri untuk perubahan yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya. Makin cepat beradaptasi, makin banyak peluang kesuksesannya,” jelas Muhtadi.
 
Seminar Literasi Digital Pesantren juga dihadiri oleh Irwan Sujatmiko, Staff Dinas Kementerian Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kabupaten Sumenep, Rofiatur Rofiah, selaku influencer dan praktisi literasi digital, dan Andilala selaku praktisi literasi digital, sebagai narasumber yang membahas tentang etika digital, keamanan digital dan budaya digital.
 
Kegiatan ini diselenggarakan dengan tiga sesi materi literasi digital secara paralel oleh tiga orang narasumber. Tiga sesi tersebut membahas tentang bijak berinternet, perilaku di media sosial, dan aktualisasi budaya digital.  Sesi pertama yang dipaparkan oleh Irwan Sujatmiko, Diskominfo Kab. Sumenep, memaparkan tentang bijak berinternet.

Berikut 5 Hal penting Agar Bijak Berinternet:

  1. Jangan mudah percaya pada informasi yang diterima
  2. Menjaga etika dalam bermedia sosial
  3. Menyaring informasi yang akan dibagikan
  4. Hati-hati dalam memberikan informasi atau data pribadi di internet
  5. Menggunakan media sosial sebagai sarana dalam mengekspresikan karya.
“Jadi gunakan media sosial untuk menunjukan potensi kalian. Banyak perusahaan yang
menyeleksi lewat jejak digital, bagaimana interaksi di media dan beretika atau tidaknya saat menggunakan media sosial dari hal tersebut sebaiknya kita harus selalu menjaga perilaku di media sosial,” tambah Irwan Sujatmiko.
 
Rofiatul Rofiah memaparkan materi perilaku di media sosial. “Digital era, your behavior is your health, kesopanan lebih tinggi nilainya daripada kecerdasan," kata Rofiatul.
 
Prilaku orang yang main sosial media itu semua tergantung pada penggunanya. Behavior itulah yang dapat membedakan mana yang baik dan buruk.
 
"Sejauh apapun kita mempunya berbagai macam sosial, kita harus beretika," terangnya.
 
Menurutnya, fungsi etika adalah untuk menghindari, menyakiti perasaan orang lain. "Selain itu, pentingnya etika bermedia sosial adalah untuk menghindari kesalahpahaman di media sosial dan etika ada untuk menghindari dari konflik,” ujar Rofiatul.
 
Sesi terakhir, Andilala selaku praktisi literasi digital menambahkan bahwa pilar Digital Culture ada sebagai wujud ke-Indonesiaan (Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika) di mana kompetensi digital individu difungsikan agar mampu berperan sebagai warga negara dalam batas-batas formal yang berkaitan dengan hak, kewajiban, dan tanggung jawabnya dalam ruang negara.
 
“Mengapa mahasiswa perlu menerapkan budaya digital? Karena adanya hak dan kewajiban mahasiswa melaksanakan advokasi dan aksi sebagai agen perubahan perubahan sosial yang berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan nasional dan bernilai lokalitas," ujarnya.
 
Kesimpulannya, mahasiswa merupakan aktor perubahan-perubahan sosial yang diharapkan dapat menguasai transformasi digital sesuai dengan kebutuhan dan situasi nasional.  "Ini agar dapat memberdayakan nilai lokalitas di tengah pengembangan digital maka perlu diaktualisasikannya budaya digital yang ber intisari Pancasila,” jelas Andilala.
 
Kegiatan Seminar Literasi Digital Pesantren merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam program Indonesia Makin Cakap Digital yang diinisiasi oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi dengan target sebanyak 50 juta orang masyarakat Indonesia mendapatkan literasi di bidang digital hingga tahun 2024.
 
Baca juga: Gerakan Literasi Nasional Butuh Dukungan Semua Pihak

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan