Sadaring #6 Satupena bertajuk “Suara-Suara dari Lumbung Literasi. Foto: Tangkapan layar Zoom
Sadaring #6 Satupena bertajuk “Suara-Suara dari Lumbung Literasi. Foto: Tangkapan layar Zoom

Penuh Tantangan Menghidupkan Gerakan Literasi di Daerah

Media Indonesia.com • 31 Oktober 2021 20:49
Jakarta: Kebiasaan-kebiasaan lokal yang telah berakar pada masyarakat menjadi tantangan yang tak mudah diretas oleh para pegiat literasi. Kebiasaan menikah dini, yang masih terjadi di berbagai daerah di Indonesia, memerlukan penanganan khusus. Agar tidak menimbulkan ketegangan di tengah-tengah masyarakat. 
 
Demikian benang merah yang mengemuka dalam Sarasehan dalam Jaringan (Sadaring) #6 Satupena bertajuk “Suara-Suara dari Lumbung Literasi” yang dilaksanakan Minggu, 31 Oktober 2021. 
 
Pendiri Komunitas Perempuan Membaca (Sumenep-Madura), Iffah Hannah, mencontohkan beberapa kebiasaan di Sumenep, Madura, menjadi tantangan besar dalam menggulirkan program-program literasi berbasis pemberdayaan masyarakat. Kebiasaan seperti menikah dini, tidak percaya pada kemampuan medis, dan urbanisasi menyebabkan desa terlalu pelan dalam mengejar kemajuan dalam berbagai bidang. 

"Kalau sudah lepas ngaji misalnya, sudah dianggap pantas untuk menikah," kata Iffah. 
 
Bahkan, tambahnya, beberapa orang tua telah menjodohkan anak-anak mereka sejak dalam kandungan. Kalau sudah demikian, praktis anak-anak remaja putus sekolah paling tinggi SMA. Kalau 'selamat' dari jebakan menikah dini, biasanya para remajanya pergi ke kota dan menjadi penjaga toko sembako. 
 
"Pengusaha sembakonya orang-orang Madura yang sukses di Jakarta. Jadi, desa kehilangan generasi produktifnya,” kata dia.
 
Baca: Penulis Muda di Gorontalo Diberi Pembinaan Literasi
 
Melalui Komunitas Perempuan Membaca, Iffah mendirikan perpustakaan di masing-masing rumah. Secara pribadi, Iffah bersama suaminya juga menginisiasi pembuatan batik ikat celup. 
 
"Intinya memberikan peluang kepada warga desa untuk berperan mengembangkan kerajinan. Ini bisa menahan mereka untuk urbanisasi,” katanya. 
 
Bahkan, Iffah bercita-cita mendirikan Mahat Aly, lembaga pendidikan setingkat sarjana di lingkup pesantren untuk menjaring anak-anak di desanya. "Ini kan cita-cita bersama suami. Berharap Mahat Aly memberi pendidikan murah, sehingga mereka lebih terpapar literasi," tutur Iffah. 
 
  • Halaman :
  • 1
  • 2
Read All




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan