Dunning_Kruger Effect. (Chat.GPT)
Dunning_Kruger Effect. (Chat.GPT)

Efek Dunning-Kruger: Mengapa Orang Kurang Ahli Sering Sok Pintar

Riza Aslam Khaeron • 02 Januari 2025 10:58
Jakarta: Pernahkah Anda bertemu dengan seseorang yang merasa dirinya ahli dalam segala hal, tetapi justru sering keliru? Atau mungkin, Anda sendiri pernah terlalu percaya diri dalam suatu bidang hanya untuk menyadari belakangan bahwa pengetahuan Anda jauh dari cukup?
 
Fenomena ini tidak asing dalam kehidupan sehari-hari dan dikenal sebagai Efek Dunning-Kruger. Efek Dunning-Kruger adalah fenomena psikologis di mana individu dengan kemampuan rendah dalam suatu bidang cenderung melebih-lebihkan kemampuan mereka.
 
Fenomena ini pertama kali diperkenalkan oleh psikolog David Dunning dan Justin Kruger pada tahun 1999. Mereka menemukan bahwa individu yang kurang kompeten tidak hanya membuat kesalahan, tetapi juga tidak mampu menyadari betapa buruknya mereka dalam suatu bidang.
 

Kenapa Orang Bisa Terjebak?

Efek Dunning-Kruger: Mengapa Orang Kurang Ahli Sering Sok Pintar
Gambar: Tahapan Dunning-Kruger Effect. (Wikicommons)

Menurut Dunning dan Kruger, efek ini muncul karena beberapa alasan utama. Pertama, kurangnya kompetensi sering kali membuat seseorang tidak memiliki wawasan yang cukup untuk mengevaluasi kemampuan mereka sendiri.
 
Misalnya, seseorang yang baru belajar bermain catur mungkin merasa dirinya sangat hebat karena belum memahami kompleksitas permainan tersebut.
 
Selain itu, orang yang kurang kompeten juga sering salah dalam menilai kemampuan orang lain. Hal ini membuat mereka merasa setara atau bahkan lebih baik dibandingkan orang yang sebenarnya jauh lebih ahli.
 
Kedua, "dual-burden" atau beban ganda juga menjadi faktor. Mereka tidak hanya tidak tahu, tetapi juga tidak tahu bahwa mereka tidak tahu. Dalam hal ini, mereka sering kali enggan melanjutkan proses belajar karena merasa sudah cukup memahami subjek tersebut.
 
Diagram klasik yang menggambarkan Efek Dunning-Kruger menunjukkan hubungan antara tingkat kompetensi dan kepercayaan diri.
 
Pada awal pembelajaran, individu sering mengalami "Peak of Mount Stupid," yaitu puncak percaya diri yang tinggi meskipun kompetensi masih rendah. Ketika mereka mulai menyadari kompleksitas suatu bidang, kepercayaan diri menurun tajam ke "Valley of Despair."
 
Namun, seiring waktu dan peningkatan pemahaman, mereka mulai naik melalui "Slope of Enlightenment" hingga mencapai "Plateau of Sustainability," di mana kepercayaan diri selaras dengan kompetensi yang sesungguhnya.
 

Contoh Nyata

Penelitian awal oleh Dunning dan Kruger melibatkan tes logika, tata bahasa, dan humor. Hasilnya menunjukkan bahwa peserta dengan skor terendah dalam tes ini secara konsisten menilai kemampuan mereka berada di atas rata-rata.
 
Sebaliknya, peserta dengan skor tertinggi sering kali meremehkan kemampuan mereka sendiri. Fenomena ini juga dapat diamati dalam kehidupan sehari-hari.
 
Dalam dunia kerja, karyawan yang kurang kompeten mungkin percaya bahwa mereka layak mendapat promosi, sementara rekan kerja yang lebih kompeten sering merasa ragu terhadap kemampuan mereka sendiri.
 
Dalam dunia politik, efek ini bisa terlihat ketika tokoh tanpa pengalaman mengklaim mampu menyelesaikan masalah kompleks, sering kali dengan keyakinan yang tidak didukung fakta.
 

Dampak Efek Dunning-Kruger

Efek ini dapat memiliki konsekuensi serius, baik secara individu maupun sosial. Orang yang terlalu percaya diri sering kali membuat keputusan yang buruk karena mereka tidak menyadari keterbatasan mereka.
 
Misalnya, dalam bidang kesehatan, tenaga medis yang terlalu percaya diri dapat mengambil tindakan yang salah.
 
Dalam dunia kerja, penempatan pegawai yang terlalu percaya diri namun kurang kompeten pada posisi penting dapat mengakibatkan keputusan strategis yang salah dan merugikan perusahaan.
 
Ketidakmampuan untuk mengenali kelemahan diri juga membuat individu enggan belajar atau memperbaiki diri.
 
Dalam konteks kelompok, individu yang sok tahu sering kali memicu ketegangan karena sulit menerima kritik atau pendapat orang lain. Hal ini dapat menurunkan produktivitas tim dan menciptakan konflik yang tidak perlu.
 

Bagaimana Mengatasinya?

Efek Dunning-Kruger bukanlah sesuatu yang tidak bisa diatasi. Langkah pertama adalah meningkatkan kesadaran diri melalui refleksi dan umpan balik dari orang lain.
 
Belajar untuk menerima kritik secara konstruktif adalah kunci untuk mengenali keterbatasan diri. Semakin banyak seseorang belajar dan berlatih, semakin baik mereka dalam mengevaluasi kemampuan mereka sendiri.
 
Mendapatkan pandangan dari orang yang lebih berpengalaman juga dapat membantu seseorang memahami di mana posisi mereka sebenarnya.
 
Pendidikan metakognitif, yaitu kemampuan untuk berpikir tentang pemikiran sendiri, juga dapat membantu seseorang menyadari kelemahan mereka.
 
Dengan mengembangkan kesadaran akan proses belajar, individu dapat lebih kritis terhadap kemampuan mereka dan terdorong untuk terus meningkatkan pemahaman hingga mencapai kompetensi yang sejati. Dengan kesadaran ini, langkah menuju perbaikan bisa dimulai.
 
Baca Juga:
Lapar Mata Vs Lapar Sebenarnya, Bagaimana Membedakannya
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(WAN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan