Tapi tahukah kamu, terkadang persiapan atau latihan berlebihan dapat menjadi bumerang dan menjauhkan diri dari keberhasilan yang diekspektasikan. Salah satu contohnya, keterampilan komunikasi bisa gagal karena terlalu banyak persiapan diri. Berikut ini penjelasannya dikutip dari laman forbes.com:
Persiapan memang penting. Namun, baik dalam menawarkan penjualan, kepemimpinan, atau berbicara di depan umum, persiapan terlalu berlebihan dapat menyebabkan penampilan menjadi kaku. Kata-kata yang sempurna dapat hilang artinya ketika cara penyampaiannya terdengar kaku seperti robot. Hal ini dapat menghilangkan koneksi dengan orang yang diajak berkomunikasi.
Terlalu banyak latihan akan melemahkan kemampuan adaptasi ketika berada di situasi sebenarnya. Terlalu mengejar kesempurnaan saat mempersiapkan diri akan membuat diri terlalu fokus pada teks atau aturan sehingga dapat menghilangkan esensi momen dan koneksi yang seharusnya didapatkan.
Ketika kamu melatih sesuatu berkali-kali hingga menjadi otomatis, akan kehilangan kemampuan memperhatikan apa yang terjadi pada saat itu. Kamu akan berhenti membaca ruangan. Kamu dapat kehilangan isyarat.
Pada saat komunikasi sebenarnya, banyak hal dapat terlewatkan seperti tidak menatap lawan bicara, tidak memberikan kesempatan lawan bicara untuk bertanya atau melibatkan diri, lupa untuk memberi jeda, dan hanya fokus pada penyampaian presentasi atau komunikasinya.
Jika hal tersebut terjadi, dapat dikatakan keterampilan komunikasi telah gagal dibangun. Karena keberhasilan keterampilan komunikasi seharusnya dapat membuat percakapan yang membangun hubungan dan koneksi dengan lawan bicaranya. Orang-orang tidak menginginkan naskah. Mereka menginginkan perasaan kamu berbicara dengan mereka, bukan pada mereka.
Komunikasi yang baik dan efektif mencakup kemampuan beradaptasi. Kamu perlu mengetahui materi yang dibuat, tetapi juga perlu fleksibilitas menyesuaikan diri, berhenti sejenak, menjadi responsif atau mengajukan pertanyaan bila saat itu diperlukan.
Baca juga: 8 Cara Membangun Kepercayaan Diri dan Wibawa untuk Pemimpin Pemula |
Lalu, bagaimana mempersiapkan komunikasi efektif tanpa persiapan berlebihan?
Persiapan memang penting, namun alih-alih menghafal presentasi kata demi kata, kuasai pemahaman pada ide-ide kunci pesan yang ingin disampaikan. Kuasai konten secara mendalam, namun berikan ruang bagi diri untuk menjadi fleksibel.
Apabila ingin memimpin rapat, masuklah dengan pertanyaan, bukan hanya pernyataan. Jika ingin memberikan ceramah, latihlah pembukaan dan penutupannya, lalu biarkan bagian tengahnya menjadi lebih komunikatif.
Ciptakan ruang untuk rasa ingin tahu. Tanyakan apa yang dipikirkan orang. Berhentilah sejenak setelah berbicara untuk melihat bagaimana pesan telah disampaikan. Carilah kesempatan untuk belajar, bukan hanya menyampaikan instruksi.
Tujuan utama dari komunikasi bukanlah untuk membuat orang terkesan dengan persiapan yang telah dilakukan tetapi untuk menghasilkan hubungan yang bermakna. Hubungan yang bermakna tercipta ketika orang merasa diperhatikan dan dipahami.
Melepaskan kesempurnaan memberi kamu ruang untuk tampil sebagai seorang manusia. Dan hal itu, lebih dari sekadar garis yang dipoles atau penutupan yang sempurna, adalah hal yang akan diingat oleh orang-orang.
Persiapan tetaplah penting, namun begitu juga dengan izin untuk keluar dari naskah. Kadang-kadang mungkin terjadi hal yang tidak membuat nyaman, seperti lupa akan sesuatu yang ingin dikatakan. Namun, jujurlah dan katakan bahwa kamu lupa akan hal itu karena orang-orang akan mengerti. Ketika menghadapi ini fleksibilitas adaptasi menjadi kunci.
Terutama dalam melakukan wawancara. Tips untuk melakukan wawancara atau acara percakapan yang sukses adalah komunikasi natural. Jangan terlalu fokus dengan membuat rencana alur pembicaraan dan catatan poin-poin yang ingin dibicarakan. Jika terlalu fokus dengan catatan detail yang dibuat percakapan akan terasa dipaksakan dan makna arah pembicaraan akan menjadi hilang.
Mulailah membuat percakapan terjadi secara alami. Tidak perlu membuat catatan alur percakapan yang terlalu mendetail, tapi lakukanlah riset latar belakang dan menulis daftar pertanyaan potensial untuk berjaga-jaga, lalu biarkan percakapan mengalir dengan apa adanya. Percakapan seperti ini akan menghasilkan wawancara yang lebih menarik dan berkesan
Persiapan yang berlebihan memberi kita kendali namun komunikasi yang baik membutuhkan esensi koneksi sang pembicara dengan lawan bicaranya. Semoga informasi ini membantu menghasilkan keterampilan komunikasi yang lebih baik dan bermakna. (Alfi Loya Zirga)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News