Kompetisi ini diadakan sebagai wadah bagi mahasiswa di seluruh Indonesia untuk meningkatkan kemampuan problem solving dalam bentuk pengembangan perangkat lunak (software) ataupun perangkat keras (hardware). Perangkat diciptakan untuk mendukung pencapaian United Nations 17 Sustainable Development Goals dan sebagai persiapan mengikuti Google Solution Challenge 2023.
Kedua mahasiswa dari Prodi Teknik Informatika Angkatan 2021 itu di bawah bimbingan Retno Indah Rokhmawati dan Buce Trias Hanggara membuat aplikasi Stuntion: Stunting Prevention. Avi menjelaskan aplikasi berbasis Android ini berfokus pada pencegahan, penanganan, dan edukasi terhadap permasalahan stunting.
“Stuntion merupakan aplikasi berbasis Android yang berfokus pada pencegahan, penanganan, dan edukasi terhadap permasalahan stunting untuk mewujudkan Sustainable Development Goals (SDGs) poin ke-3, yaitu Good Health and Well-Being dan point ke-4, yaitu Quality Education,” jelas Avi dikutip dari laman prasetya.ub.ac.id, Senin, 3 April 2023.
Avi menjelaskan beberapa fitur utama dari aplikasi ini, yaitu Check Stunting untuk memberikan kemudahan pengecekan kondisi buah hati pengguna secara mandiri dan lebih awal dengan memasukkan beberapa informasi yang dibutuhkan dan menjawab beberapa pertanyaan. Kedua, Support Each Other untuk saling membantu memberikan bantuan makanan tambahan maupun dana antar pengguna.
Ketiga, Public Consultation with Health Expert sebagai wadah pengguna sehingga dapat bertanya yang masih kurang mengerti kepada ahli kesehatan dan namanya tidak akan ter-publish. Stuntion juga masih memiliki banyak fitur lain.
“Dengan mengikuti kompetisi ini kami mendapat kesempatan untuk mengembangkan keterampilan dan pengetahuan dalam pengembangan solusi teknologi. Kompetisi ini memberikan kesempatan bagi kami untuk belajar lebih banyak tentang teknologi Google,” ujar Avi.
Avi menyebut kompetisi ini juga dapat memberikan dampak positif pada masyarakat maupun dunia karena dituntut dapat menciptakan solusi inovatif yang dapat mengatasi permasalahan dunia nyata. Sehingga dapat membantu meningkatkan kualitas hidup orang-orang di sekitar atau memperbaiki situasi lingkungan.
Dia mengatakan mengikuti kompetisi ini juga memberikan kesempatan berinteraksi dengan orang-orang hebat dari Google Indonesia serta teman-teman baru dari seluruh Indonesia. Avi juga mengungkap beberapa kendala saat mengikuti kompetisi.
Kendala utama yaitu biaya akomodasi yang besar mulai dari transportasi, penginapan, dan konsumsi. Tantangan lain ialah pitching dalam bahasa Inggris sehingga komunikasi menyampaikan produk yang telah dirancang kepada audiens maupun juri menjadi lebih sulit.
Kendala lain, saat mengembangkan produk sulit menemukan solusi. Namun, kata dia, dosen pembimbing membuat masalah pengembangan produk dapat teratasi.
Avi juga mengajak mahasiswa lain terus berkomitmen dengan tujuan yang ditekuni yaitu bidang Ilmu Komputer. Dia menyebut setiap orang memiliki kemampuan mencapai yang diinginkan asalkan memiliki kemauan.
“Jangan takut gagal ketika berusaha menciptakan sebuah solusi inovatif karena solusi yang kalian berikan tidak ada yang salah, ditambah dengan perkembangan teknologi sekarang, dapat dipastikan setiap orang membutuhkan sosok ahli dalam bidang ilmu komputer untuk menciptakan sebuah solusi inovatif yang dapat mengatasi permasalahan yang ada. Setiap usaha kecil akan berkontribusi pada keberhasilan yang besar untuk diri sendiri maupun untuk kampus," tutur Avi.
Baca juga: Aplikasi Pendeteksi Percobaan Bunuh Diri Inovasi UB Juara di Universitas Hasanuddin |
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News