“Dari hasil pengukuran indeks kemahiran berbahasa Indonesia, siswa SMP kita masih banyak yang berada pada tingkat marginal, terbatas, begitu juga tingkat SMA dan juga SMK,” ujar Hafidz dalam Pak Menteri Menyapa: Guru Bahasa Indonesia di Gedung A Kemendikdasmen, Jakarta Pusat, Selasa, 24 Juni 2025.
Hafidz menyebut berdasarkan data tahun 2024, kompetensi minimum literasi (membaca) hanya terdapat kenaikan 0,93 poin dari tahun 2023 ke tahun 2024. Skornya naik dari 68,13 menjadi 68,32.
Menurut Hafidz, kondisi ini menunjukkan proses pembelajaran bahasa Indonesia belum sepenuhnya mampu meningkatkan literasi siswa. Ia mengutip data kajian UNESCO yang menyebutkan hanya satu dari seribu masyarakat Indonesia yang memiliki minat baca tinggi.
“Ini pasti ada yang salah dalam proses pengajaran kita,” kata dia.
Baca juga: Mendikdasmen Beberkan 5 Masalah Utama Literasi di Indonesia |
Ia menekankan pentingnya dukungan dari para guru bahasa Indonesia untuk mengatasi krisis literasi. Selain itu, Badan Bahasa juga telah menjalankan sejumlah program untuk meningkatkan literasi dan membangun karakter bangsa melalui penguatan bahasa.
"Guru bahasa Indonesia tentu kami harapkan menjadi ganda terdepan untuk meningkatkan literasi bangsa kita," kata dia.
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti, mengakui Indonesia masih memiliki masalah terkait dengan kemampuan literasi yang masih rendah. "Tetapi, tentu kita tidak boleh mengulang-ulang seolah menjadi ritual yang kita hadapi itu tanpa mencari solusinya," tutur dia.
Ia mengatakan kementerian akan melaksanakan program pembelajaran mendalam atau deep learning. Diharapkan program tersebut dapat membuat pemahaman literasi siswa, khususnya dalam berbahasa Indonesia menjadi lebih kuat.
“Deep learning dalam pengajaran Bahasa Indonesia bagian dari transformasi. Siswa (diarahkan) tidak sekedar bisa membaca. Tetapi paham dengan bahasa itu, dengan yang dia baca,” kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News