“Impor daging masih sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan nasional, terutama menjelang hari-hari besar di Indonesia termasuk saat Idulfitri,” ujarnya saat memberikan keterangan, dikutip dari siaran persnya, Rabu, 5 Februari 2025.
Ia mengatakan, populasi sapi dan kerbau di Indonesia saat ini kurang dari 12 juta ekor. Dengan begitu, produksi sapi dan kerbau lokal belum bisa mencukupi kebutuhan domestik daging yang tinggi.
“Komponen impor daging sapi kerbau dapat mencapai hampir 40 persen,” ungkapnya.
Wabah PMK
Terkait wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) yang kembali merebak, Rudy menyarankan agar pemerintah mencari alternatif lain sumber impor daging dari negara-negara yang bebas PMK.Baca juga: Pakar IPB Sebut Swasembada Beras era Orde Baru Bisa Jadi Inspirasi Pembangunan Pangan |
“Jika masih mengimpor daging dari India harus memperketat regulasi dan protokol pengawasan. Mulai dari wilayah negara asal India hingga penyimpanan dan distribusi di Indonesia,” kata dosen Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan IPB ini.
Terbaru, Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim) sudah menetapkan status keadaan darurat bencana nonalam di seluruh wilayah Jatim akibat kasus PMK yang makin meluas.
Menurut Prof Rudy, wabah PMK akan sangat berpengaruh terhadap penurunan gangguan kesehatan, produktivitas, bahkan kematian ternak. Kerugian ekonomi yang ditimbulkan oleh wabah ini sangat besar dan peternak rakyat yang terdampak langsung.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News