"Pendidikan agama kehilangan budaya sivik sebagai orientasi. Padahal hal itu membawa anak didik kita lebih bisa berbaur dan toleransi di masyarakat," kata Ali dalam Webinar "Intoleransi dan Radikalisme di Dunia Pendidikan melalui Youtube LabSosio-LPPSP FISIP UI, Kamis, 24 September 2020.
Menurutnya, budaya sivik harus dibangun pula dalam pendidikan agama. Sivik, kata dia, mampu memunculkan kemampuan menghormati orang lain.
"Siviknes ini yang membuat anak didik mampu menghormati orang lain kemudian membangun multikularisme," sambung Ali.
Baca juga: Akhirnya, Klaster Pendidikan Dicabut dari RUU Ciptaker
Pendidikan agama dengan budaya sivik ini harus dimulai dari mengakui keberagaman. Sehingga dalam pergaulannya pelajar dapat membangun komunitas tanpa membedakan satu agama tertentu.
Menurut Ali, jika terus berorientasi pada doktrin religius dan ritual menjalankan agama, maka hanya akan melahirkan anak yang soleh secara individu. Namun tidak bisa membangun kehidupan masyarakat toleran.
"Karena di saat ada tingkat kesalehan yang terlalu individual, ada kecendrungan untuk kurang kolektif dalam pergaulannya. Jadi harus diberi juga muatan kewajiban mengakui identitas lain," tutup dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News