Komisioner Bidang Pendidikan KPAI, Retno Listyarti. Foto: Zoom
Komisioner Bidang Pendidikan KPAI, Retno Listyarti. Foto: Zoom

KPAI Ingatkan PTM 100% Berisiko, Ini Sebabnya

Citra Larasati • 05 Januari 2022 11:05
Jakarta:  Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) menilai digelarnya Pembelajaran Tatap Muka (PTM) dengan kapasitas 100 persen berisiko.  Salah satu sebabnya adalah meningkatnya kasus omicron dan vaksinasi anak usia 6-11 tahun yang baru menginjak dosis 1. 
 
Kemendikbudristek mengizinkan sekitar 59 persen sekolah mengelar PTM 100 persen karena pertimbangan situasi pandemi covid-19 sudah mulai membaik di akhir tahun 2021 dan level PPKM yang juga menurun.  Beberapa daerah kemudian merespons dengan menggelar PTM 100 persen, misalnya DKI Jakarta.
 
Jakarta menggelar PTM 100 persen mulai Senin, 3 Januari 2021 secara serentak di semua jenjang pendidikan mulai PAUD/TK sampai SMA/SMK/sederajat.   Namun, pada 4 Januari 2021, Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian menerbitkan Instruksi Mendagri nomor 1 tahun 2022 tentang PPKM Level 3, 2 dan 1 di Jawa-Bali.

Bahkan dalam Inmendagri itu, Jakarta dinyatakan sebagai wilayah PPKM level 2, artinya naik yang semula berada di PPKM level 1 dan kasus Omicron terbanyak berada di wilayah DKI Jakarta. 

Temuan Hasil Pengawasan PTM 100%

Komisioner KPAI bidang Pendidikan, Retno Listyarti melakukan pengawasan PTM 100 persen di 3 (tiga) SD dan 1 (satu) SMP  di DKI Jakarta. Secara umum empat sekolah yang diawasi memiliki kesiapan yang cukup tinggi, termasuk capaian vaksinasi guru dan  peserta didik.
 
Untuk DKI Jakarta, vaksinasi anak usia 12-17 tahun yang tinggi, yaitu lebih dari 95% dan sudah 2 dosis. Sedangkan vaksinasi anak usia 6-11 tahun capaian juga cukup tinggi, hanya saja baru dosis 1.  
 
Kesiapan PTM yang tinggi juga dilakukan mulai dari penyiapan infrastruktur Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB), SOP, kerja sama dengan Puskesmas terdekat, bahkan ada pendamping dari para pengawas sekolah dan Kasatlak di masing-masing kecamatan di mana sekolah berada. 
 
Sosialisasi kepada pendidik maupun kepada orang tua peserta didik juga dilakukan melalui Zoom meeting sebelum PTM 100%, dan saat pengambilan hasil belajar semester ganjil di sekolah. Para orang tua peserta didik juga menyambut baik PTM, meskipun agak terkejut ketika PTM nya 100 persen dan lima hari dalam seminggu.
 
SOP kedatangan siswa juga dsiapkan dan dilaksanakan dengan baik, mulai dari cek barcode peduli lindungi, ukur suhu badan, cuci tangan, memakai masker dan pengaturan menuju kelas. Antrian cuci tangan juga diatur agar tidak terjadi penumpukan. Namun, begitu memasuki kelas, maka ketentuan untuk jaga jarak 1 meter sulit diterapkan. 
 
Baca juga:  Omicron di Jakarta Capai 162 Kasus, Wagub DKI: Siswa Boleh Belajar di Rumah
 
SOP kepulangan siswa juga disiapkan dengan baik, agar saat kepulangan tidak terjadi kerumunan, sehingga dibuat tiap kelas pulangnya di jeda waktunya sehingga tidak berbarengan, hal ini untuk menghindari penumpukan. Namun, dalam praktiknya, dari hasil pengawasan masih ada penumpukan, karena para orangtua siswa terlambat menjemput anak-anaknya.
 
Akibatnya anak-anak yang menunggu dekat pintu gerbang menjadi menumpuk. 
 
“Sekolah sudah berusaha maksimal, namun para orang tua yang terlambat menjemput menjadi kendala dalam menghindari penumpukan,” ujar Retno. 
 
Saat berkeliling dari satu kelas ke kelas lainnya, terlihat para peserta didik sulit jaga jarak. Ukuran ruangan kelas yang kecil dengan peserta didik antara 32-40 orang membuat jaga jarak yang ideal antara satu siswa dengan siswa lainnya di masa pandemi menjadi sulit dilakukan.
 
Padahal lamanya jam belajar ditambah, yang semula hanya empat jam per hari menjadi enam jam per hari. Itu berarti, puluhan anak lebih lama berada di dalam ruangan bersama gurunya dalam jumlah cukup banyak. 

Pengawasan Vaksinasi Anak Usia 6-11 tahun 


KPAI juga melakukan pengawasan pemberian vaksinasi anak usia 6 – 11 tahun pada  sentra-sentra vaksin sekolah  di Kota Bgor, Kota Bekasi, dan Jakarta. Dari hasil pengawasan vaksinasi anak usia 6-11 tahun yang baru dimulai pada 12 Desember 2021, terilihat antusiasme para orang tua maupun anak-anaknya untuk di vaksin.
 
Bahkan, anak-anak tampak percaya diri dan tak takut disuntik.  Saat mewawancarai perwakilan orang tua maupun anak, terungkap bahwa alasan ingin di vaksin agar bisa berpergian ke mall ataupun tamasya keluar kota ketika sudah divaksin, namun lebih banyak yang mengungkapkan bahwa alasan ingin di vaksin adalah untuk bisa mengikuti PTM dengan aman.
 
Bahkan untuk Jakarta, hanya sekitar 2-5 anak saja yang belum mendapatkan vaksin covid-19 dosis pertama untuk usia 6-11 tahun pada sentra-sentra vaksin sekolah yang diawasi langsung. 
 
Tenaga kesehatan yang bertugas, saat diwawancarai juga menyatakan bahwa antusiasme orang tua untuk mengizinkan anaknya di vaksin covid-19 sangat menggembirakan, karena angkanya hampir 100 persen.
 
Hal ini berbeda dengan program pemberian vaksin anak sekolah yang rutin diselenggarakan di sekolah, izin orang tua umumnya berkisar 50 persen saja atau separuhnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan