Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Guru Indonesia (IGI), Muhamad Ramli Rahim, dokumentasi IGI.
Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Guru Indonesia (IGI), Muhamad Ramli Rahim, dokumentasi IGI.

Sistem Zonasi Guru

Zonasi Terbentur Persebaran Domisili Guru

Intan Yunelia • 12 September 2018 14:58
Jakarta:  Redistribusi guru dengan sistem zonasi tidak dapat diterapkan persis dengan model zonasi pada persebaran siswa.   Jika konsep zonasi pada siswa dilakukan dengan mendekatkan siswa pada sekolah, atau sebisa mungkin domisili siswa berada dekat dengan sekolah, maka hal tersebut tidak dapat diterapkan pada zonasi guru.
 
Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Guru Indonesia (IGI), Muhamad Ramli Rahim mengungkapkan fakta, bahwa mayoritas guru saat ini berdomisili di kota.  "Minimal di ibu kota kecamatan dan lebih banyak di ibu kota kabupaten/provinsi," kata Ramli di Jakarta, 12 September 2018.
 
Kondisi Ini, kata Ramli, juga bagian dari dampak kebijakan masa lalu, di mana pengelolaan pendidikan tidak mendekatkan guru dengan asal daerahnya masing-masing. Untuk itu, jika zonasi guru yang akan diterapkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy sama dengan siswa yang mendekatkan guru dengan sekolah tempat tugasnya maka akan terjadi
penumpukan pada titik tertentu. 

"Tentu saja kekosongan di titik lain juga, terutama di daerah terpencil dan akhirnya tujuan dari menjadikan semua sekolah sama baiknya akan menjadi jauh panggang dari api," terang Ramli.
 
Baca: Rotasi dan Zonasi Guru Dibahas Oktober
 
Pernyataan Ramli, sekaligus menyampaikan keluhan kepala sekolah dan guru yang jarak rumah dan tempat tugasnya begitu jauh.  Tujuan utama zonasi baik siswa maupun guru sesungguhnya adalah pemerataan, dalam beberapa hal disebutkan bahwa arah dari kebijakan zonasi ini adalah mewujudkan semua sekolah sama baiknya.
 
"Mengapa hal ini menjadi tujuan? Karena realitas pendidikan kita telah terbentuk kasta-kasta sekolah, yang memberi  dampak negatif jauh lebih besar dibanding dampak positifnya. Kasta-kasta ini bukan hanya soal siswa tetapi juga soal guru dan fasilitas," terang Ramli.
 
Namun Ramli menyadari, persoalan pendidikan memang begitu kompleks, dan kebijakan
apapun yang diambil tidak akan pernah memuaskan semua pihak.  Ditambah lagi, masalah pendidikan kita sudah akut. Penuh masalah dengan berbagai tarikan kepentingan, baik internal dunia pendidikan maupun di uar dunia pendidikan.
 
"Kebijakan apapun yang dikeluarkan pasti akan menimbulkan pro dan kontra, serta berpotensi memakan 'korban'" ujarnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan