Per 12 Oktober 2023, terdapat 6.659 titik panas dan 80 persen di antaranya berpeluang menjadi titik api. Kondisi itu disebut cukup berisiko meluas pada titik-titik panas di Sumatra dan Kalimantan akibat pengaruh fenomena EL Nino.
Periset Department of Human-Centred Computing, Monash University, Juliana Sutanto, mengungkapkan tiga kekhawatiran utama terkait kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Yakni kekhawatiran atas hilangnya habitat, kekhawatiran atas dampak ekonomi dan keuangan, serta kekhawatiran terhadap risiko kesehatan.
“Pemerintah perlu melakukan evaluasi langsung secara berkala terhadap tiga kekhawatiran utama terkait dampak karhutla, terutama bagi mereka yang tempat tinggalnya dilintasi atau dekat dengan jalur titik panas yang berisiko memicu titik api," kata Juliana dalam keterangannya dikutip Jumat, 20 Oktober 2023.
Evaluasi tersebut bermanfaat untuk mendorong pembahasan berkelanjutan di antara rumah tangga, komunitas, dan pemerintah tentang mitigasi dan kesiapsiagaan terhadap risiko karhutla. Termasuk meminimalisir dampak terkait ke luar wilayah kedaulatan Indonesia.
Sejalan dengan riset itu, penelitian lain oleh Yuming Guo dari School of Public Health and Preventive Medicine, Monash University, menemukan korelasi antara populasi dan risiko terdampak karhutla. Penelitian bertajuk ‘Global population exposure to landscape fire air pollution from 2000 to 2019’ itu menyebut dalam kurun waktu 2010 hingga 2019, Indonesia berada di tengah-tengah daftar lima besar negara dengan jumlah potensi terbesar masyarakat yang terpapar karhutla.
"Potensinya sebesar 154,7 juta orang. Paparan tersebut umumnya berupa polusi udara dalam jangka pendek yang berdampak buruk bagi kesehatan, termasuk di antaranya memicu peningkatan eksaserbasi penyakit kardiorespirasi, atau anomali distribusi oksigen pada jaringan otot, serta risiko kematian akibat gangguan saluran pernapasan," papar Yuming.
Tren paparan populasi terhadap polusi udara yang bersumber dari karhutla (SFPA) cenderung meningkat dari tahun ke tahun, terutama di Asia Tenggara, wilayah Afrika Tengah, serta Brazil. Keprihatinan ini mendesak hadirnya upaya multisektoral untuk mengurangi potensi karhutla demi meminimalisir dampak kesehatan yang merugikan dari polusi udara.
"Adapun lanskap karhutla sendiri dapat segera dikurangi sebagian melalui manajemen kebakaran berbasis bukti yang efektif, yang dibarengi oleh tinjauan ulang terhadap perencanaan desain tata kelola alam dan urban agar lebih tepat sasaran,” ujar Yuming Guo.
Karhutla menjadi salah satu topik penelitian berkelanjutan oleh akademisi Monash University di seluruh dunia, tidak terkecuali pada Monash University, Indonesia. Berbagai penelitian terkait juga bertujuan mengukur dan mengembangkan skala valid pada manajemen kekhawatiran terkait karhutla, termasuk pada kasus-kasus kebakaran lahan yang masih kerap terjadi di Sumatra dan Kalimantan.
| Baca juga: Kabut Asap Makin Pekat, Jam Sekolah di Lubuk Linggau Dimundurkan |
Kuliah di kampus favorit dengan beasiswa full kini bukan lagi mimpi, karena ada 426 Beasiswa Full dari 21 Kampus yang tersebar di berbagai kota Indonesia. Info lebih lanjut klik, osc.medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id