Pakar Ekonomi Universitas Airlangga (Unair), Gancar C. Premananto, menyebut hal itu tidak mengejutkan. Pasalnya, Taylor Swift gemar membuat kontrak eksklusif dengan berbagai pihak.
Gancar mengungkapkan Taylor Swift pernah melakukan kontrak eksklusif dengan Universal Music Group (UMG) Republic records selaku mitra rekaman musiknya untuk multi albumnya. Selain itu, Taylor Swift juga pernah memiliki kontrak eksklusif dengan Apple Inc untuk hak atas penyiaran video konser streaming.
Gancar menilai Singapura akan sangat diuntungkan dalam sektor ekonomi dari kontrak eksklusif ini. “Dengan adanya kontrak tersebut, tentu yang pertama akan menimbulkan scarcity effect atas kemunculan Taylor Swift di Asia Tenggara,” kata Gancar dikutip dari laman unair.ac.id, Jumat, 23 Februari 2024.
Dia mengatakan dengan menjadikan Taylor Swift sebagai positioning icon Singapura sebagai destinasi, tentu hal ini akan dapat meningkatkan kunjungan wisata di Singapura. Bahkan, hal ini berkesempatan meningkatkan value Singapura sebagai negara tujuan wisata berbasis passion, seperti slogannya “Passion Made Possible.”
Gancar menilai perjanjian ini dapat menjadi investasi yang sangat menguntungkan bagi perekonomian di negara Singapura. Berkaca dari konser Coldplay di Singapura pada Januari 2024, untuk enam kali pertunjukkan diproyeksikan menghasilkan sekitar SGD96 juta atau sekitar Rp1,5 triliun pada perekonomian di Singapura.
"Tentunya, hal ini juga akan berimbas pada aspek pariwisata, akomodasi, kuliner, dan belanja ritel karena para pengunjung konser tidak akan langsung pulang setelah acara,” kata Gancar.
Hingga saat ini, Singapura menjadi salah satu jujukan artis dunia di Asia Tenggara dalam pelaksanaan konser. Tentu bukan tanpa alasan, bila ditinjau dari segi kesiapan fasilitas dan infrastruktur, Singapura memiliki keunggulan secara kompetitif dibandingkan dengan negara lain.
Gancar juga menyoroti dampak terhadap negara-negara Asia Tenggara lain. Menurutnya, negara lain juga harus belajar dari Singapura dalam mempersiapkan konser artis dunia.
Selain itu, kesiapan masalah perizinan dan penerimaan masyarakat juga memengaruhi. Dia menyebut sangat penting bagi negara lain yang ingin melakukan exclusive deal untuk menyediakan hal serupa.
“Salah satu permasalahan yang pernah muncul di Indonesia adalah adanya penolakan sebagian masyarakat terhadap dukungan artis pada LGBTQ+. Sedangkan, Taylor Swift jelas mendukung LGBTQ+ dengan berbagai donasi dan karyanya,” tutur dia.
Dia mengatakan dengan adanya kesepakatan dari manajemen Taylor Swift untuk konser eksklusif, tentunya negara-negara Asia Tenggara dapat belajar dengan melihat kesiapan Singapura. Hal itu dalam aspek koneksitas antar kota, kapasitas hotel, kesiapan fasilitas pendukung, termasuk penerimaan dari masyarakat.
Walaupun masih banyak masyarakat yang menolak artis pendukung LGBTQ+, Taylor Swift tetap berhasil menguasai pangsa pasar dengan bargaining power dan pencapaian yang dimilikinya. Taylor Swift memiliki banyak apresiasi level dunia terhadap karyanya.
Di antaranya 6 penghargaan American Music Awards 2022, masuk dalam Person of the Year 2023 di majalah TIME, Wanita pertama yang mencapai 100 juta pendengar perbulan di Spotify, 8 penghargaan People’s Choice Awards 2023, serta banyak Grammy Awards.
"Oleh karena itu, kontrak eksklusif yang didapatkan Taylor Swift merupakan hasil dari kerja seninya yang luar biasa,” kata Gancar.
Gancar juga menilai swifties (sebutan fan Taylor Swuft) tak akan segan-segan membuang duitnya demi menengok idola mereka. Sehingga, penting bagi tim manajemen Taylor Swift dapat memberikan kepastian waktu untuk pelaksanaan konser.
Gancar menyarankan pihak manajemen mampu menyuguhkan hal unik dalam perfoma Taylor Swift, serta penyediaan atribut fandom bagi fansnya.
“Mungkin bisa ditambahkan adanya cinderamata khusus dan spesial bagi penonton konser langsung. Hal tersebut untuk memunculkan adanya FOMO (Fear of Missing Out) dari penggemar, yang menjadikan mereka merasa rugi apabila tidak hadir secara langsung di konser,” tutur Gancar.
Baca juga: Sandiaga Uno Minta Maaf Konser Taylor Swift Tak Digelar di Indonesia |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News