"Persoalan bangsa, khususnya di bidang sosial keagamaan, membutuhkan respon dari kita yang tidak bersifat reaktif belaka, melainkan harus berdasar pada pertimbangan empirik hasil riset," terang Zainut saat membuka International Conference on Islamic Studies (ICIS) secara virtual, Senin, 4 Oktober 2021.
Ia mengatakan, sivitas akademika PTKI tidak boleh menjadi menara gading yang terlalu asyik dengan penelitian atau diskusi yang hanya bermanfaat buat pribadi atau kampus sendiri. Sivitas akademika PTKI harus memberi kontribusi bagi penyelesaian masalah-masalah sosial, politik, keagamaan, dan kebangsaan.
"Yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia dan bangsa-bangsa lain di dunia secara keseluruhan," sambungnya.
Zainut juga berharap peserta konferensi dapat memikirkan kontribusi yang bisa diberikan untuk perdamaian dunia. Menurutnya, era keterbukaan global telah melahirkan sejumlah tantangan di kalangan masyarakat muslim, baik Indonesia maupun Asia Tenggara.
Baca: ITB Buka Akses Fasilitas Kampus Secara Bertahap
Tantangan itu antara lain menguatnya politik identitas, menularnya gagasan populisme dari belahan bumi lain, bergesernya kecenderungan keagamaan menjadi lebih konservatif. Ditambah, kepentingan politik yang menunggangi.
"Ini adalah beberapa contoh dinamika masyarakat yang dalam level tertentu telah mengakibatkan terciptanya segregasi sosial," ungkapnya.
Zainut mengatakan, seluruh pihak wajib merespon tantangan semacam itu. Dunia kini semakin menyadari bahwa muslim Nusantara memiliki kekhasan tersendiri dalam merespons konservatisme dan ekstremisme berbasis keagamaan.
"Perjalanan sejarah dan peradaban Islam di kawasan ini telah mengajarkan kepada kita betapa para ulama Nusantara sesungguhnya telah mewariskan nilai-nilai wasathiyah yang telah lama mengakar dalam berbagai tradisi, budaya, dan agama yang ada," jelasnya.
Zainut mengajak para sarjana dan peneliti Indonesia untuk memupuk kepercayaan diri dalam mempromosikan dan menjadikan Islam Wasathiyah sebagai harapan masa depan peradaban dunia.
"Mari kita buktikan bahwa praktik keagamaan yang kita miliki ini telah mampu menciptakan masyarakat yang toleran, rukun, serta sekaligus solutif menghadapi berbagai tantangan global, khususnya tantangan ekstrimisme dan terorisme," tegasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News