"Kalau ayah ibunya beda asal daerah kan bingung akan diajarkan bahasa daerah mana. Akhirnya cenderung menggunakan bahasa Indonesia," kata Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) Aminudin Aziz dalam taklimat media bersama Fortadikbud, Minggu, 2 Oktober 2022.
Namun, hal itu tak dipandang sebagai satu kerugian. Sebab, di sisi lain, bahasa Indonesia makin mendapat tempatnya sebagai bahasa pemersatu masyarakat di seluruh Tanah Air.
"Jadi, di sisi lain menaikkan popularitas bahasa Indonesia yang dampaknya juga baik di masyarakat, juga secara global," sebut Aminudin.
Dia memaparkan minimnya penutur bahasa daerah berpengaruh terhadap usia bahasa daerah itu sendiri. Aminudin menyebut usia bahasa daerah kian pendek.
Fenomena itu, kata Aminudin, terjadi merata di berbagai wilayah di Indonesia. Padahal, dulu penurunan umur bahasa daerah hanya terjadi di wilayah Indonesia Timur.
"Hanya terjadi pada bahasa-bahasa daerah dari Indonesia timur yang memang jumlah penuturnya sedikit, kini justru terjadi juga pada bahasa daerah dengan penutur yang banyak seperti, Indonesia barat," tutur dia.
Baca juga: Kata Healing Kian Masif Digunakan, Berpotensi Masuk KBBI |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News