Guru mengajar siswanya di bekas gudang tembakau.  Foto: Medcom.id/Rahmatullah
Guru mengajar siswanya di bekas gudang tembakau. Foto: Medcom.id/Rahmatullah

NU Menilai Konsep POP Belum Matang

Ilham Pratama Putra • 26 Juli 2020 13:56
Jakarta: Ketua Lembaga Pendidikan (LP) Ma'arif Nahdlatul Ulama (NU), Arifin Junaidi menilai, Program Organisasi Penggerak (POP) Kemendikbud belum matang. POP yang ada saat ini seolah terlalu dipaksa untuk diluncurkan.
 
Secara ide, POP diakui Arifin, memang baik. Namun karena implementasinya yang terkesan asal-asalan, arifin menilai POP bakal gagal.
 
"Kami tidak menganggap program ini jelek, program ini bagus karena LP Ma'arif NU sudah melaksanakannya berpuluh-puluh tahun. Karena programnya bagus, maka kami berharap dijalankan dengan bagus. Kalau programnya bagus tapi dijalankan secara tidak bagus hasilnya bisa tidak bagus," kata Arifin dalam Diskusi Daring bertema 'Menyoal Merdeka Belajar dan Program Organisasi Penggerak, Sabtu 25 Juli 2020.

Arifin menuturkan, setidaknya ada tiga hal yang membuat LP Ma'arif merasa bahwa program ini masih kurang matang. Di antaranya kriteria peserta dan prosedur pelaksanaan yang tidak jelas, pertimbangan efektivitas pelaksanaan selama masa pandemi hingga banyak organisasi yang tidak jelas asal-usulnya justru lolos dalam seleksi POP.
 
"Saya lihat di daftar penerima macam-macam sekali, ada keluarga alumni, kemudian sekolahan, ada lembaga zakat. Jadi tidak jelas, karena tentu saja berasal dari kriteria yang tidak jelas," tuturnya.
 
Baca juga:  LP Ma'arif NU: Nadiem Tak Paham Betul Sejarah Pendidikan Indonesia
 
Sementara itu, baik NU maupun Muhammadiyah yang ikut mundur akan tetap mampu meningkatkan kualitas pendidikan tanpa disokong POP. Selama ini LP Ma'arif NU telah memberikan pelatihan kepada para kepala sekolah di seluruh Indonesia.
 
"Sekarang lagi dilaksanakan sampai Oktober 2020 nanti, kami targetkan melatih 2.400 kepala sekolah. Ini kami tiap minggu melatih 300 kepala sekolah dari SD, SMP, SMA, SMK. Berlangsung tiap minggu dengan lama pelatihan dua minggu, sehingga selama satu bulan itu ada dua angkatan. Kalau empat bulan ada 2.400 orang," ujar dia.
 
Target NU tentu terlihat lebih besar jika dibandikan dengan Kategori Gajah yang menargetkan minimal 100 PAUD atau SD atau SMP untuk dilatih para guru dan kepala sekolahnya. Tentunya, hal ini jauh daripada target pelatihan 2.400 kepala sekolah yang saat ini sedang dilakukan pihaknya LP Ma'arif NU.
 
"Kalau kita dapat dana Rp 20 miliar, dibanding yang kami kerjakan sekarang ini, sangat jauh, kalau menggunakan standar POP, dengan demikian 2.400 kepala sekolah itu menurut standar POP itu Rp 240 miliar. Jadi 12 kali lipat dari Gajah yang kita tinggalkan, tapi di LP standarnya bukan seperti itu, kami heran standarnya seperti itu," tutup dia.
 
Untuk diketahui, Program Organisasi Penggerak merupakan salah satu program unggulan Kemendikbud. Program itu bertujuan untuk memberikan pelatihan dan pendampingan bagi para guru penggerak untuk meningkatkan kualitas dan kemampuan peserta didik.
 
Dalam program ini, Kemendikbud akan melibatkan organisasi-organisasi masyarakat yang mempunyai kapasitas meningkatkan kualitas para guru melalui berbagai pelatihan. Kemendikbud mengalokasikan anggaran Rp595 miliar per tahun untuk membiayai pelatihan atau kegiatan yang diselenggarakan organisasi terpilih.
 
Organisasi yang terpilih dibagi ke dalam tiga kategori, yakni Gajah, Macan dan Kijang. Untuk Gajah dialokasikan anggaran sebesar maksimal Rp 20 miliar/tahun/program, Macan Rp5 miliar per tahun/program, dan Kijang Rp1 miliar per tahun/program.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan