Mahasiswa Unesa yang magang sebagai pegawai hotel di Jepang Fairuz Zabadi Ali. DOK Unesa
Mahasiswa Unesa yang magang sebagai pegawai hotel di Jepang Fairuz Zabadi Ali. DOK Unesa

Cerita Fairuz, Mahasiswa Unesa yang Magang Sebagai Pegawai Hotel di Jepang

Renatha Swasty • 09 Agustus 2024 10:53
Jakarta: Mahasiswa Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Fairuz Zabadi Ali, senang sekaligus bangga bisa mengikuti magang selama satu tahun di Hotel Nikko Alivila, Okinawa, Jepang. Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Jepang itu magang di bagian restoran hotel.
 
Sehari-hari, Fairuz bertugas membuat menu makanan pengunjung hotel, menjelaskan komposisi menu, rasa dan melayani pengunjung. “Jam kerjanya mulai pukul 13.30 hingga 21.30 waktu setempat,” cerita anak pertama dari dua bersaudara itu dikutip dari laman unesa.ac.id, Jumat, 9 Agustus 2024.
 
Selama magang, dia selalu menyempatkan diri mempelajari menu-menu yang disajikan. Fairuz juga berlatih cara memberikan penjelasan yang mudah dimengerti bagi pengunjung.

“Ini yang sedikit menantang karena langsung berhubungan dengan pengunjung. Lumayan buat meningkatkan kemampuan bahasa Jepang saya,” ungkap dia.
 
Ketika waktu luang, Fairuz biasanya menekuni hobi dengan bermain game dan nonton anime. Sedikit berbeda dengan di Indonesia, dia tidur mulai pukul 03.00 dan bangun pukul 10.00 waktu setempat. Waktu kerjanya lima sampai enam kali seminggu.
 
Kesibukannya membuat dia kurang sempat banyak menjelajahi Kota Okinawa. Ketika suntuk, Fairuz biasanya akan berangkat lebih awal.
 
Tujuannya, melepas semua perasaan itu dengan menengok pantai sebelum bekerja. Dia tak mau ketika bekerja, malah tak bersemangat dan kurang fokus.
 
“Untuk healing, paling-paling hanya menikmati langit pantai, di sore hari. Kebetulan, hotel tempat saya bekerja berada di pinggiran pantai. Saya bisa menikmati golden hour langsung dari hotel,” beber dia.
 
Momen yang paling berkesan baginya yakni saat pergantian musim seperti golden week. Momen golden week merupakan waktu saat semua warga di Jepang berjumpa dengan libur musim semi nasional.
 
“Biasanya ada tradisi live stage yang diadakan di restoran. Ini yang selalu saya tunggu, karena ribuan pengunjung akan hadir,” ungkap dia.
 
Selama berada di Negeri Matahari Terbit, sebagai seorang muslim, dia harus selektif memilih makanan halal. Biasanya, dia akan selalu mengecek komposisi yang terkandung karena sangat jarang ditemukan makanan berlogo halal.
 
Saat liburan musim panas, ada festival budaya yang disebut Obon-Matsuri. Festival yang dinanti-nanti orang Jepang ini merupakan perayaan menghormati dan memperingati arwah leluhur.
 
“Dilakukan selama beberapa hari dan identik dengan api unggun dan pelarungan lampion ke sungai, dan puncaknya adalah Bon-Odori, sebuah tarian yang dilakukan bersama-sama baik perempuan atau laki-laki di sebuah panggung dengan iringan lagu dan musik tradisional taiko,” jelas dia.
 
Fairuz mengakui budaya kerja orang Jepang sangat luar biasa, terutama kedisiplinan. Bagi orang Jepang, tidak ada kata terlambat.
 
Selain itu, penghormatan untuk menegur sapa kepada sesama pekerja dengan gerakan membungkukkan badan (ojigi) sebagai bentuk sopan santun seperti sudah mendarah daging dalam diri orang Jepang.
 
Sepulang dari Negeri Sakura, Fairuz mengaku kemampuan berbahasa Jepangnya meningkat pesat. Dia berharap bisa menerapkan hal positif yang didapat selama magang.
 
Baca juga: Dua Kali Gagal, Devano Akhirnya Tembus IISMA di Kampus Top 100 Dunia

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan