Kepala UPT Perpustakaan Proklamator Bung Karno Proklamator Nurny Syam mengatakan, acara ini diadakan dalam rangka memperingati hari Perempuan Sedunia yang diperingati setiap tanggal 8 Maret. Tahun ini sosok yang dibahas khusus adalah Sarinah, pengasuh bung Karno kecil.
Menurutnya banyak teladan yang bisa diambil dari kisah hidup dan teladan yang diberikan oleh Sarinah, yang masih tetap relevan untuk diikuti oleh perempuan Indonesia saat ini. “Tak hanya mengulas soal Sarinah. Kami juga menggelar talkshow tentang para perempuan yang menginspirasi. Mulai dari pegiat lingkungan, pelestari wastra atau kain khas Nusantara, dan juga seoran psikolog Perempuan,” ujar Nurny dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Sabtu, 9 Maret 2024.
“Mari semua perempuan Indonesia untuk berkontribusi membangun bangsa yang sesuai dengan keahlian bidangnya masing-masing,” tambahnya usai membuka talkshow.
Sejumlah narasumber dihadirkan dalam talkshow tersebut yakni: Dita Faisal, seorang mantan presenter TV nasional, yang kini memilih menjadi pegiat lingkungan. Ada pula Dian Erra Kumalasari, seorang fashion designer yang mendedikasikan hidupnya untuk wastra Indonesia, serta Najihan Dahriyati, seorang psikolog perempuan.
Pemateri pertama, Dita Faisal, menyampaikan pengalaman serunya sebagai wanita karier yang akhirnya memutuskan “pindah ke desa” untuk bisa berbuat lebih banyak bagi lingkungan. Keputusan itu mantap diambil Dita setelah tiga tahun berpikir tentang rencana masa depan yang ingin dicapainya.
“Sebagai wartawan TV nasional, saya sering memberitakan tentang bencana, kondisi kerusakan lingkungan. Dari situ saya mulai berpikir ingin berbuat sesuatu untuk bumi. Saya lalu bilang ke suami, bagaimana kalau kita pindah ke desa, mulai menanam banyak pohon. Mulai ikut membantu bumi. Alhamdulillah suami mendukung,” cerita Dita.
Perjalanannya hidup pindah ke desa tentu tidak semudah yang dibayangkan. Ada sejumlah tantangan dan butuh banyak penyesuaian. Terutama dari sisi finansial. Namun itu tidak menyurutkan niat Dita untuk tetap melakukan mimpinya.
“Kerusakan lingkungan dan krisis iklim adalah tanggung jawab kita semua. Saya harus juga ikut bertanggung jawab,” ujarnya.
“Saya mau ajak kita semua orang Indonesia, terutama Gen Z untuk terlibat menjaga alam dan lingkungan kita. Lakukan hal yang paling mudah, lakukan dari diri sendiri. Lakukan dan mulailah hari ini,” tutup Dita.
Berbeda halnya dengan Dian Erra, seorang fashion desainer yang sudah malang melintang di dunia fashion sejak 13 tahun lalu. Ketertarikannya pada dunia kain tradisional nusantara berawal dari hobi travelling dan fotografi yang ia lakukan.
Dari situ ia berkenalan dengan wastra atau kain Nusantara yang memikat, khususnya tenun. Menurutnya kain Nusantara amat beragam dan memiliki banyak kisah di balik proses pembuatannya.
Komitmen dan konsistensi mengenalkan wastra menjadi kunci utama bagi Dian untuk menarik minat orang lebih banyak lagi. Ia pun mulai memadu padankan wastra dan kain biasa, untuk dibuat menjadi sebuah busana siap pakai.
“Sejak 2008 saya rutin melakukan promosi di sosial media, waktu itu di Facebook, setiap jam tujuh pagi, setiap hari. Saya kenalkan sebuah wastra dan kisah di baliknya. Dan itu rutin saya lakukan bertahun-tahun. Wastra yang saya tawarkan selalu laris, sold out,” jelas pemilik brand Oerip ini.
Menurutnya, wastra adalah salah satu identitas Indonesia. Tidak ada negara lain yang punya kain seindah dan sebanyak Indonesia.
Dengan beragam motif dan filosofi di dalamnya,” terangnya. “Saya pernah bertemu dengan seorang Perempuan dari suku Dayak Iban. Ia bercerita bahwa kain tenun yang dibuatnya ini langka, karena mereka hanya boleh menenun sebuah kain jika sebelumnya sudah mendapatkan mimpi. Jika seseorang membuat kain tanpa mimpi sebelumnya, ia bisa mendapat nasib malang, sakit misalnya,” jelas Dian
Untuk memperkenalkan kekayaan wastra Nusantara, Dian kemudian membuat museum Wastra di Ngawi, Jawa Timur. Ia juga kerap berkeliling pameran ke sejumlah lokasi di dalam maupun luar negeri membawa ratusan kain wastra ke penjuru Asia, Amerika, dan Eropa.
Di bagian akhir, narasumber psikolog, Najihan Dahriyati menyampaikan peran Perempuan saat ini memang tak bisa dianggap remeh. Suksesnya pembangunan suatu bangsa tak lepas dari peran banyak Perempuan hebat seperti Dita atau Dian.
“Perempuan kerap menjadi agent of change yang membawa kebaikan bagi masyarakat. Namun jangan lupa, Perempuan harus tetap memberi ruang bagi diri sendiri dan berhak atas kebahagiaannya," bebernya.
Acara yang berlangsung meriah ini dihadiri sekitar 300 perempuan yang datang mengenakan baju khas daerah mereka atau bernuansa wastra Nusantara. Tiga pemakai busana terbaik mendapat hadiah special karena dianggap ikut berperan melestarikan dan mempromosikan keindahan budaya bangsa.
Baca juga: Lulusan Perempuan di Jurusan STEM Masih 37% di Indonesia |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id