Direktur PKT UGM, Riris Andono Ahmad. DOK UGM
Direktur PKT UGM, Riris Andono Ahmad. DOK UGM

Tekan Kasus DBD, UGM Lanjutkan Teknologi Wolbachia di 4 Kota Besar

Renatha Swasty • 16 Desember 2024 14:44
Jakarta: Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI bersama Pusat Kedokteran Tropis (PKT) Universitas Gadjah Mada terus melanjutkan pilot project penerapan teknologi Wolbachia sebagai upaya pengendalian demam berdarah dengue (DBD). Proyek akan berlangsung di empat kota, yaitu Jakarta Barat, Bandung, Semarang, dan Kupang.
 
Sebelumnya, proyek Wolbachia juga dilaksanakan di Kota Bontang yang dijadwalkan selesai pada awal tahun 2025. Proyek ini berjalan berkat tambahan dukungan pendanaan dari Department of Foreign Affairs and Trade (DFAT) Australia melalui World Mosquito Program (WMP).
 
“Dana ini sifatnya komplementer, melengkapi dana APBN yang telah dianggarkan. Dana tersebut akan digunakan untuk menyelesaikan project di empat kota tahun depan,” ujar Direktur PKT UGM, Riris Andono Ahmad, dikutip dari laman ugm.ac.id, Senin, 16 Desember 2024.

Pendanaan tambahan dari DFAT ini disalurkan melalui skema Partnership for Healthy Region Initiative (PHR) yang bertujuan mendukung keberlanjutan program pengendalian DBD berbasis teknologi Wolbachia. Asia Project Manager Communication & Engagement WMP untuk Asia, Bekti Andari, menilai pilot project implementasi teknologi Wolbachia di lima kota telah berjalan dengan sangat baik.
 
Baca juga: Mengenal Nyamuk Wolbachia yang akan Disebar Dinkes Jakarta Guna Cegah DBD

Meski demikian, ada beberapa aktivitas yang akan lebih baik bila ada dukungan dana tambahan. “Dukungan dana dari DFAT ini digunakan untuk fill the gap (melengkapi) pada kegiatan-kegiatan yang telah ditentukan,” kata dia.
 
Bekti menjelaskan dukungan dana dari DFAT telah ditentukan jenis-jenis kegiatannya. Beberapa di antaranya untuk pengelolaan project, pelibatan masyarakat, barang habis pakai, kegiatan peletakan ember dan pemantauan, pengelolaan data dan peta, produksi telur nyamuk di Universitas Udayana, dan isu lintas sektoral dengan menggunakan pendekatan GEDSI (gender equality/kesetaraan gender, disability/disabilitas, dan social inclusion/inklusi sosial).
 
“Kita harus memastikan bahwa program ini berdampak juga pada masyarakat rentan,” ujar Bekti.
 
Dukungan dana dari DFAT ini melengkapi dana APBN dan APBD yang telah digunakan sebelumnya. Ini tentu menjadi kabar baik dalam pilot project yang diinisiasi oleh  Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI dengan dukungan Pusat Kedokteran Tropis (PKT) Universitas Gadjah Mada (UGM).
 
Wolbachia diharapkan menjadi metode pelengkap untuk mengurangi angka kasus DBD di Indonesia. Khususnya, di daerah-daerah yang menjadi lokasi implementasi.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan