Ilustrasi Twitter.
Ilustrasi Twitter.

Banjir Akun Palsu Centang Biru Twitter, Dosen Unair: Konsekuensi Pengembangan Bisnis Abaikan Etika Komunikasi

Renatha Swasty • 22 November 2022 11:22
Jakarta: Berbagai akun palsu centang biru berseliweran membanjiri jagat Twitter setelah Elon Musk meresmikan layanan berbayar Twitter Blue. Tidak sedikit dari akun-akun palsu tersebut meniru sejumlah tokoh publik dan menyalahgunakannya.
 
Dosen program studi Ilmu Politik Universitas Airlangga (Unair) Febby Risti Widjayanto menjelaskan tujuan utama dari layanan centang biru ialah sebagai tanda kredibilitas sumber informasi yang telah terverifikasi identitas penggunanya. Selain itu, layanan centang biru sebagai bukti akun tersebut bukan akun palsu atau akun bot.
 
Febby menuturkan verifikasi atau otentisitas adalah bagian penting dalam pertanggungjawaban antara ekosistem bisnis dan masyarakat. Dalam hal ini, verifikasi yang baik akan menguntungkan Twitter karena Twitter menjadi salah satu rujukan penting ketika khalayak luas memerlukan informasi valid, tepercaya, dan dapat dipertanggungjawabkan.

Namun, kebijakan terkait pemberlakuan tarif pada akun centang biru, di mana siapa saja mampu membayar tanpa proses verifikasi khusus dan ketat bisa mendapatkan centang biru dengan mudah tampak terburu-buru dan sangat berisiko.
 
“Ini berarti absennya kecermatan dalam verifikasi berlapis hanya memunculkan fenomena pemalsuan dan penipuan melalui akun centang biru yang justru merusak kredibilitas Twitter. Ini adalah konsekuensi logis yang pasti terjadi manakala proses pengembangan bisnis teknologi informasi mengabaikan pertimbangan etika komunikasi. Padahal, hal ini sebelumnya telah coba dibangun oleh Twitter melalui moderasi dan verifikasi,” papar Febby dalam keterangan tertulis, Selasa, 22 November 2022.
 
Dosen pengampu mata kuliah Politik Digital itu menuturkan Elon Musk memang sosok yang sangat familiar dengan bisnis hasil inovasi teknik. Seperti mobil listrik, roket, dan perkakas satelit untuk sambungan internet (Starlink) yang dapat memfasilitasi pergerakan manusia.
 
Namun, portal seperti Twitter, meski dibangun dengan mesin berbasis bahasa pemrograman, tentu memiliki karakteristik berbeda dengan produk-produk yang telah ia bangun sebelumnya. Twitter bersifat lebih mendasar karena kebutuhan manusia untuk berkomunikasi dan bertukar informasi mendahului kebutuhan akan peralatan, seperti mobil, roket, dan perkakas lainnya.
 
"Selayaknya pertukaran informasi yang menjadi landasan interaksi setiap manusia, maka etika komunikasi tidak bisa dipisahkan dalam rantai bisnisnya sendiri,” jelas Febby.
 
Febby menilai upaya Elon Musk ialah bagian dari politik digital. Elon sekuat tenaga berusaha agar dirinya bisa mewujudkan sistem technopoly, di mana bisa memiliki sistem kontrol informasi baik berupa data statistik atau opini atas ruang sosial yang bernama Twitter.
 
“Kepemilikan kontrol ini digapai dengan berbagai percobaan-percobaan yang terobsesi dari pandangan deterministik yang melihat bahwa relasi sosial manusia dapat diubah dan dibentuk melalui pengubahan dalam kalkulasi-kalkulasi teknis dari sebuah mesin yang dipakai sehari-hari,” tutur dia.
 
Baca juga: Dosen Unair Sebut Tarif Rp125 Ribu untuk Akun Centang Biru Twitter Strategi Elon Musk Hadapi Kebangkrutan

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan