Dini menjelaskan pihaknya melakukan inovasi berdasarkan pangan lokal, yaitu makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat setempat, sesuai dengan potensi dan kearifan lokal, antara lain umbi, kacang, dan padi. Umbi-umbian dipilih lantaran pemanfaatan di Indonesia masih tergolong rendah.
"Kami mencoba mengolah umbi menjadi tepung, yang dapat meningkatkan nilai ekonomi, daya jual lebih tinggi, dan memperpanjang masa simpan. Kemudian, sebagai sumber karbohidrat pengganti terigu, dan pangan fungsional,” kata peneliti dari Pusat Riset Teknologi dan Proses Pangan (PRTPP) BRIN, Dini Ariani, dikutip dari laman brin.go.id, Rabu, 20 Juli 2022.
Dia menjelaskan pangan fungsional, adalah bahan pangan dan produk pangan mengandung fungsi gizi dasar yang dapat memberikan manfaat bagi kesehatan. Potensi umbi-umbian mengandung sumber karbohidrat, serat, antioksidan, Fe, Ca, dan Posfor.
Umbi-umbian yang berpotensi untuk dikembangkan, yaitu: ubi kayu, ganyong, garut, kentang hitam, tala kimpul, gembili, gembolo, jalaweru, dan porang. Dini menuturkan pihaknya bekerja sama dengan UKM Putri 21, Gunung Kidul Yogyakarta, mencoba mengembangkan MO-MIE, atau Mocaf Mie pada 2019.
“Inovasi mi cup siap seduh bebas gluten, berbasis mocaf, produk pangan alternatif sumber karbohidrat, dan serat. Terbuat dari 100 persen bahan pangan lokal, yaitu tepung mocaf, tepung sagu, tapioka, dan tepung beras,” papar dia.
Peneliti PRTPP BRIN, Alit Pangestu, memaparkan potensi sagu Indonesia mencapai 5,5 juta ha dan pemanfaatannya baru sekitar 5 persen. Fakta-fakta tentang sagu Indonesia, pertama memiliki luas lahan sagu terbesar di dunia.
“Kedua, dari 6,5 juta ha lahan sagu di seluruh dunia, 5,5 juta ha terdapat di Indonesia, 80 persen lahan sagu berada di wilayah Papua. Ketiga, tepung sagu bisa menjadi substitusi tepung terigu. Keempat, hemat devisa Rp 2,4 triliun, jika sagu mensubstitusi 10 persen tepung terigu. Kelima, substitusi tepung sagu sebesar 20 persen, sama hal nya menghemat devisa Rp4,8 triliun,” papar Dini.
Dia menjelaskan pengembangan mi instan dari pati sagu merupakan ide mengembangkan produk pangan berbasis sagu populer dan mudah diterima masyarakat. Sagu sebagai pangan pengganti nasi dan alternatif mi instan dari tepung terigu. Menggunakan bahan baku lokal lebih dari 75%, tanpa penambahan terigu.
Bahan baku lokal, kata Alit, seperti tepung singkong, pati sagu, tepung ubi jalar, tepung jagung, dan tepung mocaf, memiliki potensi sebagai bahan baku mi. BRIN telah mengembangkan formula dan teknologi produksi mi instan non terigu berbahan pati sagu dan telah dikomersialkan oleh mitra sebagai upaya diversifikasi pangan dan ketahanan pangan.
“Pati sagu dapat digunakan sebagai pengganti terigu dengan formulasi dan teknologi proses yang tepat. Perlu kerja sama semua pihak, baik pemerintah, industri, maupun petani, supaya harga pati sagu lebih kompetitif dan kualitasnya terjaga,” kata Alit.
Baca juga: Samarium-153 EDTMP Bikinan BRIN Jadi Terapi Pasien Kanker di RSUP dr. Sardjito Yogyakarta |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News