"Pinjol masuk kampus itu bahaya, apalagi hanya untuk menyelesaikan UKT. Harusnya ada sesuatu yang kreatif, misalnya menambah kuota beasiswa atau menyiapkan anggaran yang lebih besar, termasuk program kreativitas mahasiswa yang didorong," ujar Purwadi mengutip Antara, di Samarinda, Jumat, 9 Februari 2024.
Menurut Purwadi, pinjol masuk kampus seperti jalan pintas yang berisiko tinggi. Padahal, mahasiswa jelas-jelas belum punya penghasilan dan sebagian besar masih mengharapkan kiriman uang orang tua.
"Kalau mahasiswa terjerat pinjol, itu menjadi beban tambahan. Kalau ekonominya mampu, mungkin tidak masalah. Tapi kalau tidak, jadi problem lagi," tuturnya.
Purwadi juga mengingatkan, mahasiswa harus bijak dalam menggunakan pinjol, baik untuk gaya hidup maupun untuk UKT. Contohnya kasus yang baru-baru ini ramai, yaitu mahasiswa yang menggunakan pinjol hanya untuk memenuhi gaya hidup, seperti membeli ponsel baru, dan lainnya.
"Jadi sebaiknya kalau bisa, hindari pinjol. Ancaman pinjol terhadap dunia pendidikan itu besar, terutama di kampus negeri. Kalau pinjol menjadi bola salju yang menggelinding makin besar, maka itu menjadi problem baru nanti di dalam dunia pendidikan kita," katanya.
Purwadi mengaku khawatir, pinjol akan memperparah kapitalisme pendidikan, di mana orang miskin tidak bisa kuliah atau sekolah karena tidak punya duit. Hal ini mesti dipikirkan bersama untuk menjamin akses pendidikan bagi semua.
"Pimpinan perguruan tinggi harus kreatif, bagaimana supaya UKT tidak naik terus. Kemudian penghasilan mahasiswa juga harus ditingkatkan. Misalnya dengan pemberdayaan ekonomi, kampus punya usaha yang tidak membebani universitas, dan lain-lain. Jadi tidak mesti UKT itu dinaikkan terus sebagai sumber pendapatan," paparnya.
Purwadi menyarankan kampus memperkuat kolaborasi dengan mitra, seperti bank atau lembaga keuangan lain yang lebih terpercaya dan terjamin. Ia juga menekankan pentingnya edukasi dan pembinaan bagi mahasiswa, termasuk membentuk wirausaha muda atau unit kegiatan mahasiswa.
"Kampus harus turun tangan supaya tidak ada celah bagi mahasiswa untuk lari ke pinjol," tandas Purwadi.
Penyedia pinjol dengan platform bernama Danacita telah bekerja sama dengan 85 perguruan tinggi untuk pemenuhan ongkos kuliah para mahasiswanya. Dikutip dari laman resmi Danacita, debitur Danacita berjumlah 27.440 dan sudah bekerja sama dengan 148 mitra pendidikan. Total dana pinjol yang tersalurkan mencapai Rp375.996.260.883.
Tenor yang ditawarkan mulai dari enam bulan, 12 bulan hingga 24 bulan. Debitur dikenakan bunga dimulai 1,3 persen per bulan dan biaya persetujuan dibayar di muka tiga persen dari total pinjaman yang disetujui, minimal Rp100.000.
Baca juga: Kemendikbudristek Minta PTNBH Kreatif Danai Kebutuhan Operasionalnya |
??
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News