“Guru Indonesia enggak bisa sejahtera karena jumlahnya kebanyakan. Masalahnya satu guru cuma bisa mengajar satu mata pelajaran. Misalnya, guru Matematika disuruh mengajar bahasa Inggris pasti nolak," kata Indra dalam Simposium Peta Jalan Pendidikan 2024-2034 dalam Rangka Pra Kongres Pendidikan Partai Nasdem di Kampus Akademi Bela Negara, Kamis, 8 Agustus 2024.
Selain itu, mata pelajaran yang diajarkan di Indonesia terlalu banyak dibandingkan dengan negara lain. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) sempat mencoba menghapus mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).
Namun, banyak guru memprotes mata pelajaran tersebut dihapus. Hal ini disebutkan berkaitan dengan tunjangan profesi.
“Dampak satu mata pelajaran dihapus, (guru-guru) protes karena berhubungan dengan tunjangan profesi,” tutur Indra.
Indra menuturkan data dari lembaga riset Analytical and Capacity Development Partnership (ACDP) Indonesia menunjukkan 14 persen guru tidak hadir di sekolah. Masalah yang timbul itu membuat sekolah merekrut guru honorer.
“Mayoritas guru tidak hadir bukan karena bolos, tetapi mayoritas karena istri pejabat yang sedang menjalankan tugas negara. Dari sini mulailah merekrut guru-guru honorer,” ungkap Indra.
Selain itu, Indra mengatakan alasan peningkatan guru honorer menjadi 870 persen karena tidak berkomitmen mengajar lebih dari 24 jam pelajaran per minggunya.
“Guru di Jakarta terutama PNS enggak mau ngajar lebih dari 24 jam. Makanya Jakarta punya banyak guru honorer,” kata dia. (Theresia Vania Somawidjaja)
Baca juga: Bappenas Sebut Guru PPPK Banyak Kelirunya, Rekomendasikan Hal Ini |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id