Manajer Teknik DBON, Dwi Cahyo Kartiko mengatakan, asesmen meliputi semua aspek yaitu fisik, kesehatan, fisioterapi, psikologis dan ada sesi edukasi sport science. "Ini dimaksudkan untuk mendeteksi dini terkait identifikasi kondisi awal para atlet sehingga nanti bisa diberikan perlakuan atau pembinaan yang tepat," ujarnya dilansir dari laman Unesa, Sabtu, 10 September 2022.
Sementara itu, Wakil Dekan III FIO, Irmantara Subagio mengibaratkan para atlet sebagai batu 'mentah' yang akan dibentuk sebagai batu mulia seperti berlian, safir atau ruby. Proses pembinaan atlet ini berjangka panjang, yaitu 10-20 tahun ke depan.
Mereka disiapkan menjadi atlet elit yang bisa diandalkan untuk mengguncang podium kompetisi olahraga dunia, olimpiade. "Untuk meminimalisir agar batunya tidak retak di tengah jalan dan hal lain yang tidak diinginkan, maka diperlukan antisipasi atau deteksi dini lewat identifikasi kondisi awal atlet," terangnya.
Selain itu, asesmen awal ini juga untuk memastikan tindak lanjut yang bisa diberikan kepada atlet, termasuk mengetahui jenis perkembangan fisik seperti otot misalnya. Dari situ bisa diketahui porsi gizi dan makanan yang tepat untuk masing-masing atlet.
Asesmen ini dilakukan di berbagai lokasi dengan melibatkan tim pakar dan pelatih teknis masing-masing bidang. Untuk tes biomekanik dilakukan di arena cabor masing-masing. Sementara untuk edukasi sport science, personality profile and mental toughness dan tes BIA, medical history taking hingga fisioterapi dilakukan di Lantai 1 Lab Anti Doping Unesa.
Cahyo menambahkan, jumlah atlet yang berhasil lolos seleksi dan masuk pembinaan sebagai atlet DBON sentra Unesa yaitu sebanyak 26 orang di tiga cabor binaan, yaitu panahan, renang dan taekwondo. Mereka datang dari berbagai daerah dan mengikuti pembinaan di Unesa sampai mereka benar-benar menjadi atlet yang siap memboyong medali di kancah dunia.
Dia menambahkan, awalnya, sentra Unesa dipercaya Kemenpora untuk membina empat cabor DBON yang meliputi Atletik, Panahan, Renang dan Taekwondo. Dari banyaknya pendaftar yang masuk dan setelah dilakukan seleksi, hanya 28 yang masuk kualifikasi dan berhasil lolos di tiga cabor panahan, renang dan taekwondo.
Dari 28 yang dinyatakan lolos itu, hanya 26 peserta yang lanjut ke pembinaan. Bahkan orang tua atlet sudah menyerahkan anaknya secara resmi untuk dibina di Unesa.
Terkait cabor atletik, lanjut Cahyo memang banyak pendaftar, tetapi satupun tidak ada yang masuk kualifikasi. Sehingga hanya tiga cabor yang dibina di sentra Unesa. “Seleksi ini tidak didasarkan pada kuota, tetapi benar-benar didasarkan pada passing grade. Kalau hasil tes peserta di bawah passing grade, ya enggak bisa diterima. Seleksinya memang benar-benar ketat. Hanya yang masuk kualifikasi yang bisa lolos seleksi,” tandasnya.
Baca juga: Unesa Siap Bina 26 Orang jadi Atlet Elite Nasional Lewat Program DBON |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News