Hibah pertama diberikan pada 2021 untuk riset mengenai kondisi dokter praktik swasta dalam pengelolaan tuberkulosis. Riset ini melihat apakah terjadi perubahan pengelolaan tuberkulosis dalam praktik dokter swasta selama pandemi covid-19.
“Riset ini sudah selesai dan tinggal menuliskan dalam paper publikasi,” kata Bachti dikutip dari laman unpad.ac.id, Selasa, 13 Juni 2023.
Bachti mengatakan perolehan hibah tersebut atas rekomendasi dari peneliti McGill University, Kanada, selaku mitra riset TB Unpad. “Partner kami di McGill memiliki hubungan dengan Yayasan Bill and Melinda Gates dan mereka pun punya keingintahuan mengenai bagaimana perubahan pasien TB dalam pola dokter swasta,” beber dia.
Sementara itu, hibah kedua yang keluar pada awal 2023 untuk riset mengenai penilaian tingkat infeksi tuberkulosis di komunitas. Riset ini dilakukan untuk mendukung pengembangan vaksin TB.
Unpad akan menjadi lokasi uji vaksin TB bila riset yang dilakukan Bachti seusai dengan persyaratan. Vaksin TB yang akan dikembangkan saat ini merupakan pembaruan dari vaksin yang sudah ada sebelumnya.
Bachti memaparkan saat ini vaksin BCG atau vaksin TB diberikan untuk bayi. Vaksin ini memiliki efektivitas rendah karena belum bisa mencegah TB paru.
Hal ini mendorong perlunya dikembangkan jenis vaksin TB baru. Bachti menjelaskan untuk bisa menjadi lokasi uji vaksin ada beberap persyaratan yang wajib dipenuhi.
Pertama, harus mengetahui berapa tingkat infeksi TB di Indonesia. Apabila terlalu rendah, penelitian vaksin akan sulit dilakukan karena memerlukan subyek yang banyak dan memakan waktu cukup lama.
Kedua, soal kesiapan infrastruktur penelitian. Kantor dan laboratorium harus terstandar dan terakreditasi. “Jika tidak siap, maka kita hanya rekrut pasien dan kirim sampelnya ke luar negeri,” kata Bachti.
Bachti memaparkan Indonesia masih menduduki peringkat kedua dengan jumlah penderita TB terbanyak di dunia. Salah satu penyebabnya masih banyaknya lingkungan tempat tinggal yang tidak memadai.
“Masyarakat masih banyak tinggal di wilayah kumuh, kurang ventilasi, kurang sinar matahari, dan banyak terpapar asap rokok. Itulah kenapa TB kita belum turun,” ujar dia.
Kondisi tersebut masih membuka peluang riset tentang TB di Indonesia. Yayasan Bill and Melinda Gates tertarik mendanai riset tentang TB salah satunya karena penyakit ini masih menjadi prioritas penanganan kesehatan dunia oleh WHO serta menjadi agenda tujuan dalam implementasi SDGs.
“Semua orang sadar bahwa TB menyebabkan orang miskin makin miskin, keluarga gagal bertumbuh, dan berefek ke generasi bawah,” kata Bachti.
Selain dua riset di atas, Unpad memiliki dua potensi riset yang akan didanai oleh Yayasan Bill and Melinda Gates. Riset ketiga mengenai surveilans genetik human TB kerja sama dengan Balai Labkes Provinsi Jawa Barat.
Saat ini, proposal penelitian sudah diproses oleh yayasan tersebut. Riset selanjutnya mengenai pengembangan terbaru diagnosis TB. Rencana tersebut masih dilakukan penjajakan dengan pihak yayasan.
“TB diagnostik itu penting karena sampai sekarang proses diagnosis masih mengandalkan alat serbamahal dan habiskan banyak APBN. Kalau ada metode baru dan bisa diujicobakan di sini, kita bisa percaya diri melakukannya,” papar dia.
Bachti mengungkapkan kunci suatu riset bisa memperoleh pendanaan asing adalah dengan konsisten melakukan topik riset yang benar-benar dibutuhkan. “Prinsipnya fokus pada bidangnya dan lakukan kolaborasi,” papar dia.
Baca juga: Yuk Kepoin 5 Beasiswa Fully Funded ke Luar Negeri dari Yayasan dan Perusahaan Dunia |
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News