Mereka adalah Dinar Rheina Rassendria, Abdul Manaf Isa, Christofer Theodore Kevin Hui (Teknik Biomedis), Fullan Ausati Putri Sri Trisna Dewi (Kedokteran Hewan), Maharani Gusti Putri Sinatria (Keperawatan). Kelimanya dibimbing Prof Dr Prihartini Widiyanti drg M Kes S Bio CCD (Teknik Biomedis).
Kelimanya melakukan penelitian di Surabaya dan Malang. Ide itu lahir dari kepedulian mereka terhadap tingginya angka gangguan pendengaran global yang banyak disebabkan oleh perforasi membran timpani atau robekan pada gendang telinga.
Perforasi membran timpani merupakan salah satu penyebab paling umum gangguan pendengaran. Kasusnya bisa menjadi kronis apabila tidak ditangani sejak dini.
“Sayangnya, metode pengobatan saat ini seperti gel foam, lem fibrin, dan paper patch memiliki tingkat keberhasilan yang rendah. Karena daya rekatnya lemah, mudah terlepas, dan rentan terhadap infeksi. Sementara tindakan pembedahan seperti tympanoplasty pun memiliki keterbatasan. Misalnya ketersediaan jaringan cangkok dan risiko perforasi berulang,” jelas Rani.
Mereka lalu mengembangkan hydrogel adhesive berbahan dasar chitosan, gelatin, polyacrylamide, dan tannic acid, yang dirancang untuk menjadi alternatif perekat jaringan tanpa jahitan. Hydrogel ini memiliki beberapa keunggulan sekaligus.
Baca juga: Mahasiswa ITS Tingkatkan Kualitas Maggot Lewat Pakan Biofeed dan IoT |
Seperti memiliki daya rekat tinggi, memiliki sifat antibakteri, menjaga kelembapan, dan biokompatibilitas yang mampu menunjang proses regenerasi jaringan membran timpani secara bertahap. Mulai dari migrasi epitel hingga pembentukan jaringan ikat dan mukosa.
“Inovasi ini kami rancang agar mampu meniru kondisi biologis alami membran timpani serta memberikan lingkungan yang kondusif bagi regenerasi jaringan. Tanpa harus mengandalkan teknik pembedahan invasif. Dengan harapan, dapat menjadi solusi non-bedah yang lebih efektif dan aman bagi pasien dengan perforasi akut,” ujar Rani.
Tahun lalu, Rani juga menjuarai PIMNAS. Pengalaman tersebut memberikan pelajaran berharga, mulai dari membangun riset yang kuat, menyusun data yang solid, hingga menyampaikan gagasan secara tepat sasaran.
“Hal itu menjadi motivasi besar bagi kami untuk bisa kembali melangkah ke PIMNAS tahun ini, tentunya dengan karya yang tidak kalah inovatif,” ujar Rani.
Mereka berharap gagasan hydrogel adhesive yang tengah ia dan tim kembangkan tidak hanya berakhir sebagai proyek riset, tetapi juga mampu memberikan kontribusi nyata dalam bidang medis. Khususnya dalam penanganan gangguan pendengaran.
“Target kami bukan hanya sampai lolos PIMNAS lagi, tapi juga bisa membawa pulang gelar juara. Kami juga ingin membuktikan bahwa anak muda bisa turut berkontribusi untuk solusi kesehatan yang lebih baik dan aplikatif," harap dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News