"Jadi apa pun pengaruh dari kebijakan kami, bergantung bagaimana para pelajar," ujar Kepala Badan Standar Kurikulum Asesmen Pendidikan (BSKAP), Kemendikbudristek, Anindito Aditomo, dalam paparannya pada simposium Gateways Study Visit Indonesia (GSVI) di Sanur, Bali, Kamis, 3 Oktober 2024.
Nino, sapaan karib Anindito Aditomo, menekankan pentingnya membangun kepekaan pelajar. Khususnya, prinsip dan penerjemahan dari kebijakan Merdeka Belajar di ruang kelas.
"Dan ini menunjukkan keperluan dan kepentingan komunikasi," ujar dia.
Ia mengungkapkan pihaknya sangat ambisius menjalankan Merdeka Belajar. Oleh karena itu, berbagai metode diterapkan guna efektivitas implementasi Merdeka Belajar.
"Kita bentuk kurikulum dan sekaligus melatih para pelajar. Anda tidak cukup mengubah kurikulum tapi tidak diiringi mengembangkan karakter pelajar," jelas dia.
Delegasi dari 20 negara dan organisasi internasional mengikuti GSVI yang berlangsung pada 1-3 Oktober 2024. Simposium internasional ini dihadiri negara-negara, seperti Finlandia, India, Inggris, Prancis, Tiongkok, dan Uni Emirat Arab.
Tujuan utama acara ini adalah berbagi pengetahuan antar negara soal transformasi digital dalam dunia pendidikan. Sehingga didapatkan kualitas pendidikan yang merata di setiap negara untuk pendidikan digital di era digital.
Baca juga: Merdeka Belajar Disebut Jalankan Emansipasi Pendidikan |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News