Suasana verifikasi berkas dan pendaftaran PPDB di SMAN 55 Jakarta, Medcom.id/Citra Larasati.
Suasana verifikasi berkas dan pendaftaran PPDB di SMAN 55 Jakarta, Medcom.id/Citra Larasati.

PPDB DKI Jakarta

Jurus Bidik, dan Eksekusi Dalam Sekali "Tembakan" di PPDB

Citra Larasati • 28 Juni 2018 09:00
Jakarta:  Sudah empat hari ini, Inung Kurnia tak bisa jauh-jauh dari telepon cerdasnya.  Bahkan hampir setiap setengah jam sekali matanya tertuju pada sebuah situs penerimaan peserta didik baru (PPDB) yang dapat diakses secara online dan real time.  Ya, sejak Senin 25 Juni, hingga hari ini 28 Juni 2018, proses PPDB telah menyita perhatiannya.
 
Sebenarnya Inung tak terlalu cemas. Kenya, putri sulungnya yang baru lulus dari bangku SMP ini mengantongi modal nilai rata-rata Ujian Nasional (UN) yang relatif tinggi, untuk merasa aman mendaftar ke sejumlah sekolah yang masuk dalam radius zonasi tempat tinggalnya di Mampang, Jakarta Selatan.
 
"Nilai rata-rata putri saya sebenarnya cukup aman, 8,9.  Tapi sekolah incaran putri saya juga lumayan ketat persaingan nilainya," terang inung.

Kenya membidik tiga sekolah sejak hari pertama pendaftaran PPDB dibuka, yakni SMA Negeri 28, 70, dan 55 Jakarta. Berdasarkan hasil pantauan di PPDB online,  posisi nilai Kenya pada jam menjelang penutupan hari kedua, 26 Juni 2018 di tiga sekolah tersebut pun relatif masih aman.
 
"Di SMA 70 masih bisa di sekitar urutan 12, di SMA 55 masih di nomor 3, hanya di SMA 28 yang agak berat.  Di SMA 28 nilai anak saya sudah terlempar ke IPS.  Kenya juga masih wait and see, mau mengintip teman sekolahnya diterima di mana, jadi dia belum mau daftar,"  beber Inung.
 
Alhasil, hingga hari kedua PPDB berlangsung, Inung hanya sebatas memantau pergerakan nilai, dan peluang nilai si sulung masuk di sekolah idaman.  "Pemantauan sekaligus keputusan mendaftar lanjut di hari terakhir pendaftaran, Kamis.  Soalnya Rabu libur pilkada, PPDB juga libur," ungkapnya.
 
Strategi wait and see, dan mendaftar di hari terakhir juga diterapkan Candra Dewi, 53 tahun, orangtua salah satu calon peserta didik baru yang juga tinggal di sekitar Mampang, Jakarta Selatan. Proses pendaftaran telah diikutinya di sekolah terdekat dengan rumah Dewi, yakni di SMA Negeri 55 Jakarta sejak hari pertama pendaftaran dibuka.
 
"Proses mengambil token panjang sekali, setelah verifikasi berkas saya antri ambil token. Antri sejak 10.30 WIB, sudah di nomor 633, tokennya juga ga ada ternyata, akhirnya ga kebagian token sampai jam 4 sore  Baru Selasa pagi token bisa diambil," ujar Dewi.
 
Baca: Libur Pilkada, Layanan PPDB DKI Jakarta Ikut Libur
 
Putri bungsu Dewi membidik tiga sekolah di radius zonasi tempat tinggalnya, SMA Negeri 28, 70, dan 6.  Sudah menjadi tradisi bagi ibu empat anak ini untuk menggunakan strategi mendaftar di hari terakhir.
 
Dewi enggan buru-buru mendaftar dan membiarkan nilai putrinya berjibaku dalam persaingan pergerakan nilai yang sulit diprediksi.    Ia juga membiasakan diri mendaftarkan anak-anaknya di hari terakhir, di saat pergerakan nilai sudah relatif stabil, sehingga dapat mengeksekusi pilihan  sekolah dalam satu kali "tembakan" saja.
 
"Kalau mendaftar sejak hari pertama itu sama saja 'bunuh diri'.  Pergerakan nilai masih ekstrem sekali," ucapnya.
 
Selama rentang waktu menunggu pendaftaran itu juga dimanfaatkan Dewi dan putrinya untuk banyak berdiskusi tentang sejumlah skenario pilihan.  Kemudian mencari informasi sekolah-sekolah yang peluang terpilihnya paling besar, mulai dari fasilitas, kegiatan ekstrakurikuler, hingga prestasi-prestasi yang pernah dicapai si calon sekolah.
 
"Semua anak saya mendaftar di hari ketiga, sekitar pukul 10.00 WIB.  Di mana pergerakan nilai sudah stabil, kita pun sebagai orangtua sudah selesai negosiasi dengan anak, ada waktu mempelajari calon sekolah, sehingga anak memutuskan sekolah tanpa keterpaksaan," papar Ibu yang berprofesi sebagai guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) ini.
 
Dewi mengaku, putrinya telah memantapkan diri untuk hanya menggunakan jalur I lokal.  Dewi tidak berminat memanfaatkan kesempatan di jalur umum, yang membuka peluang 30 persen dari kuota sekolah untuk diperebutkan siswa DKI Jakarta secara lintas zonasi.
 
Ia berharap, ke depan pemerintah lebih serius dalam upaya memeratakan kualitas pendidikan di sekolah-sekolah.  Sehingga sesuai janji pemerintah, tidak ada lagi istilah sekolah favorit yang mempertontonkan kesenjangan kualitas antara sekolah satu dengan lainnya.
 
"Sekarang orangtua dan siswa pasti masih favorit minded, karena faktanya kesempatan untuk masuk PTN melalui jalur undangan lebih besar di sekolah favorit.  Ini Pekerjaan Rumah (PR) pemerintah untuk ratakan kualitas, jangan janji-janji terus," tegas Dewi
 
Baca: Mendikbud Berharap Pemimpin Terpilih Tingkatkan Anggaran Pendidikan
 
Untuk diketahui, hari ini, Kamis, 28 Juni 2018 merupakan hari terakhir pendaftaran calon peserta didik baru (CPDB) dari jalur I Lokal.  Pengumuman atau kepastian terakhir hasil seleksi dapat langsung diketahui di akhir masa pendaftaran secara online, yakni sekitar pukul 14.00 WIB
 
Setelah pengumunan, proses selanjutnya adalah tahapan lapor diri di 29-30 Juni 2018 pada pukul 08.00-16.00 WIB di sekolah tujuan. Baru kemudian memasuki tahap terakhir, yakni pengumuman bangku kosong di 30 Juni 2018 pukul 18.00 WIB.
 
Bagi peserta yang diterima di jalur I, namun tidak melakukan lapor diri, maka yang bersangkutan tidak dapat langsung mengikuti jalur II Umum yang dibuka pendaftarannya pada 2-4 Juli 2018.
 
Seperti diberitakan  sebelummya, alokasi kuota di setiap sekolah dalam PPDB DKI Jakarta 2018 terbagi menjadi 5 jalur, mengacu pada Juknis PPDB tahun ajaran 2018/2019. Keenam jalur tersebut adalah, jalur prestasi (5%), jalur I lokal (55%), jalur II Umum (30%), Jalur II Umum Luar DKI (5%), dan jalur afirmasi (5%).
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan