Arif menyampaikan komitmen kerja BRIN ke depan. Ia mengatakan BRIN akan fokus pada seluruh isu di Indonesia.
"BRIN ini menangani isu-isu dari desa hungga ruang angkasa," kata Arif kepada Medcom.id, Selasa, 2 Desember 2025.
Menurutnya, jangkauan kerja BRIN dalam ruang lingkup penelitian memang besar. Karena itu, hasil risetnya harus dimanfaatkan oleh masyarakat.
"BRIN ini benar-benar menjadi inovasi. Berarti hasil riset itu benar-benar dimanfaatkan oleh masyarakat," kata dia.
Hasil riset BRIN menurutnya tidak cuma cukup dirasakan masyarakat tapi juga industri hingga pemerintah.
Arif mengatakan arah riset dan inovasi di BRIN ke depan harus semakin berdampak nyata bagi kemajuan ekonomi nasional. Dia menilai potensi yang dimiliki BRIN saat ini sudah sangat kuat.
Infrastruktur riset, sumber daya manusia, dan jejaring kolaborasi yang telah dibangun menjadi modal besar untuk memperkuat kontribusi riset terhadap program strategis nasional. “Tapi yang paling penting sekarang adalah bagaimana semua riset yang sudah ada bisa kita kapitalisasi agar memiliki daya impact yang lebih besar lagi,” ujar Arif usai acara Serah Terima Jabatan Kepala BRIN dari Laksana Tri Handoko di Auditorium Soemitro Djojohadikusumo, Gedung BJ Habibie, Jakarta, Selasa, 11 November 2025.
Arif mengatakan BRIN memiliki peran strategis dalam mengawal kebijakan nasional di bidang ketahanan pangan, energi, dan air. Tiga isu prioritas itu menjadi perhatian utama Presiden Prabowo Subianto.
Ia menegaskan riset dan inovasi di BRIN harus mampu memberikan solusi konkret terhadap tantangan-tantangan di sektor tersebut. Arif juga menyoroti pentingnya kolaborasi lintas lembaga dalam membangun ekosistem riset yang solid.
Ia menyampaikan BRIN segera memperkuat sinergi dengan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek) serta Danantara, lembaga yang dipercaya Presiden untuk memperkuat struktur ekonomi nasional. Kolaborasi tersebut diharapkan mampu menciptakan kesinambungan antara riset di perguruan tinggi dan implementasi hasil riset dalam kegiatan ekonomi produktif.
“Kita harus bergerak agar perguruan tinggi di Indonesia dan BRIN yang menangani riset ini memiliki impact, bagaimana hasil riset itu punya nilai tambah bagi kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh Danantara,” jelasnya.
Dalam konteks pendanaan, Arif juga menyoroti pentingnya memperluas sumber pembiayaan riset. Selain Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), menurutnya masih banyak potensi dari sumber lain yang bisa dioptimalkan.
“Sumber dana penelitian bisa dari berbagai pihak, APBN, Danantara, maupun dana internasional. Saya kira dana internasional juga sangat banyak yang bisa kita gali potensinya untuk menjadi sumber alternatif pendanaan riset. Karena di mana pun, memperkuat riset itu membutuhkan dukungan pendanaan yang besar,” kata Arif.
Arif juga menyinggung persoalan jumlah peneliti Indonesia yang masih relatif sedikit dibandingkan dengan negara lain. Dia mengakui rasio peneliti terhadap jumlah penduduk masih di bawah rata-rata global, sehingga ke depan perlu strategi untuk meningkatkan jumlah dan kualitas peneliti nasional.
“Kita akan mencari talent-talent unggul yang punya passion dan kecintaan besar terhadap dunia penelitian. Negara-negara maju memiliki ekonomi yang kuat karena ditopang oleh peneliti-peneliti yang tangguh, dan itu yang akan kita bangun di Indonesia,” ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News