Sekretaris Jenderal (Sekjen), Kemendikbud, Didik Suhardi mengatakan, pihaknya telah menandatangani persetujuan pencairan anggaran untuk digelontorkan ke lokasi bencana di Sulteng, dalam bentuk kelas sementara. Menurut Didik, akan ada 200 sekolah sementara, di mana setiap sekolah terdiri dari tujuh ruang belajar darurat yang dibangun di lokasi bencana.
Anggaran yang digelontorkan untuk kebutuhan tersebut mencapai Rp10 miliar. "Dari dana itu, nanti kita belikan juga school kit," terang Didik.
Selain dana Rp10 miliar, Kemendikbud juga telah menyiapkan dana sebesar Rp240 miliar untuk masa pemulihan pascabencana. "Revisi anggarannya sudah turun, sudah bisa digunakan untuk masa recovery tadi," jelasnya.
Untuk diketahui, dari pendataan sementara yang dilakukan Kemendikbud, tercatat sekitar 2.300 ruang kelas dari 422 sekolah mengalami kerusakan pascabencana di Sulteng. Jumlah tersebut dimungkinkan akan terus bertambah, mengingat pendataan masih berjalan.
Baca: Perkuliahan Face to Face Untad Dimulai 5 November
Sejumlah daerah terdampak bencana menurut Didik sulit diakses, sehingga mengganggu proses pendataan yang dilakukan Kemendikbud. Didik juga mengatakan, siswa yang menjadi korban gempa dan tsunami Sulteng untuk sementara akan menggunakan Rumah Belajar mulai hari ini, Senin, 15 Oktober 2018.
"Sekarang mulai senin akan menggunakan Rumah Belajar sebagai media belajar di masa-masa emergency ini," kata Didik.
Rumah Belajar merupakan portal belajar milik Kemendikbud yang berisi fitur bahan belajar interaktif, laboratorium maya, kelas maya, bank soal, katalog media dalam animasi, gambar, presentasi, video, audio,bse.
Sementara ketika ditanya terkait nasib ujian, baik tengah semester maupun akhir semester siswa di lokasi bencana, Didik mengaku masih dibicarakan di internal Kemendikbud. "Ujian akan kita pikirkan, intinya bagaimana agar siswa tidak dirugikan," tegasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News