Ketua Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC), Budi Setiawan. DOK muhammadiyah.or.id
Ketua Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC), Budi Setiawan. DOK muhammadiyah.or.id

Mengenal Turki Muda di Muhammadiyah, Tokoh Pembawa Semangat Modernisasi dan Pembaruan Islam

Renatha Swasty • 05 November 2024 11:36
Jakarta: Ketua Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC), Budi Setiawan, menyebut ada pengaruh tokoh-tokoh ‘Turki Muda’ dalam sejarah gerakan Muhammadiyah. Penting untuk menghargai peran tokoh-tokoh ‘Turki Muda’ dalam Muhammadiyah, yang dikenal sebagai pembawa semangat modernisasi dan pembaruan Islam.
 
Sejumlah tokoh-tokoh Muhammadiyah yang dijuluki ‘Turki Muda’ adalah Kiai Fakhrudin, Kiai Sudja, Kiai Bagus Hadikusumo, Kiai Hadjid, serta terkadang juga Kiai Mukhtar. Budi menjelaskan istilah ‘Turki Muda’ bukan sekadar label, melainkan mengandung sejarah dan nilai filosofis yang erat kaitannya dengan perkembangan Muhammadiyah.
 
“Dalam Muhammadiyah, ada beberapa tokoh yang disebut ‘Turki Muda’. Ini merujuk pada masa sekitar 1915, saat gerakan Turki Muda di Turki turut memengaruhi semangat modernisme dan pembaruan Islam di Indonesia,” ujar Budi dikutip dari laman muhammadiyah.or.id, Selasa, 5 November 2024.

Gerakan Jön Türkler atau Turki Muda ini merupakan kelompok oposisi luas di akhir Kekaisaran Ottoman. Keberhasilan mereka mencapai puncaknya ketika Mustafa Kemal Ataturk berhasil meruntuhkan kekhalifahan Turki Utsmani pada tahun 1926, yang turut memengaruhi pemikiran Islam progresif di Indonesia.
 
Mustafa Kemal Ataturk, sosok kontroversial dengan kebijakan dearabisasi di Turki, pernah menjadi inspirasi bagi kalangan pembaruan Islam di Indonesia, termasuk Muhammadiyah. Budi menjelaskan sebelum kelompok Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) menyebarkan pandangan negatif tentang Ataturk, sosoknya masih dipandang sebagai tokoh pembaruan yang berani melakukan transformasi besar di dunia Islam.
 
Bahkan, dalam beberapa buku Muhammadiyah, pengaruh Mustafa Kemal terhadap gagasan modernisasi Muhammadiyah kerap disebutkan. “Namun, cerita-cerita keliru seperti bahwa makam Mustafa Kemal berbau busuk adalah sekadar hoaks. Faktanya, bangsa Turki tetap menghormati jasa-jasa beliau,” tutur Budi.
 
Budi menuturkan pengaruh Turki Muda terasa hingga di kalangan tokoh-tokoh Muhammadiyah yang mengenakan fez atau tarbus merah ala Turki, simbol kebanggaan modernitas pada masa itu.
 
“Dulu, memakai tarbus Turki adalah simbol orang modern. Kiai Dahlan dan beberapa tokoh lain, seperti Kiai Fakhrudin, Kiai Sudja, Kiai Bagus Hadikusumo, dan Kiai Hadjid, dengan bangga mengenakannya,” ujar Budi.
 
Baca juga: Bolehkah Non-Muslim Mengajar di Lembaga Pendidikan Muhammadiyah, Ini Penjelasannya

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan