“Kalau saya belajar waktu di sekolah di luar, sistem itu dibangun berdasarkan trust and accountability. Artinya, mereka mematuhi sesuatu karena mereka memang self-aware,” ujar Arvy dalam acara Jong Indonesia Festival Metro TV di Gedung Pusat Perfilman Usmar Ismail, Kamis, 30 Oktober 2025.
Menurutnya, pendidikan di Indonesia masih banyak berfokus pada hafalan dan elaborasi fakta. “Kalau kurikulumnya saja deh, di Indonesia itu lebih ke elaborasi fakta, menghafalkan. Sedangkan perkembangan dunia sekarang cepat banget. Yang dibutuhkan itu critical thinking,” ujar dia.
Arvy menilai kemampuan berpikir kritis selain penting di dunia pendidikan juga menjadi bekal utama di dunia kerja. “Opportunity untuk membangun negara ini banyak banget, tapi membutuhkan effort yang collective. Jadi enggak bisa satu orang mengubah semuanya. Even presiden pun enggak bisa mengubah semuanya,” tutur dia.
Pemikiran itu juga ia bawa ke perusahaannya, Mekari. Platform teknologi yang membantu pelaku usaha kecil menengah beradaptasi secara digital.
“Kita mau mendemokratisasi teknologi supaya bisa dipakai oleh UMKM, bisnis kecil, supaya mereka bisa berkembang jauh lebih berkesinambungan,” kata Arvy.
Melalui perjalanannya, Arvy ingin menunjukkan pendidikan sejati berarti membentuk cara berpikir yang sadar dan bertanggung jawab. Hal itu agar setiap ilmu bisa digunakan untuk menyelesaikan persoalan nyata di masyarakat. (Sultan Rafly Dharmawan)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id