"Dilihat dari kesederhanaannya sudah sangat sederhana, kalau guru yang membaca KIKD (Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar) sudah sederhana," ucap Totok dalam bicang sore Kemendikbud, Senin, 10 Agustus 2020.
Totok mengatakan, dalam kurikulum yang sudah disederhanakan, KIKD yang digabung sampai 70 persen. Dengan begitu, akan meringankan beban guru.
Ia mengakui Kemendikbud memang tidak mengatur secara ketat metode pembelajaran dalam kurikulum darurat ini. Bila pengetatan dilakukan, kata dia, maka akan terjadi penyeragaman Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) seperti di masa lalu.
"Itu yang terjadi di masa lalu, RPP diseragamkan. Jadi kaku, pembelajaran seperti kerja di pabrik," ungkapnya.
Baca: Kemendikbud Upayakan Bantuan Kuota Internet Mahasiswa untuk Kuliah Daring
Menurut Totok, dunia belajar merupakan wadahnya kreativitas. Makanya, Kemendikbud tidak ingin mengatur secara ketat model atau metode pembelajaran. "Justru tidak memberikan seuatu terlalu preskriptif (menuntun) ini, dipersilakan kreativitas," terangnya.
Ia menambahkan, modul pembelajaran yang diberikan juga telah dirancang agar orang tua bisa berkreasi menyesuaikan dengan situasi. Orang tua bisa membimbing anak-anaknya belajar di rumah sesuai minat dan bakat.
Kemendikbud menerbitkan kurikulum penyesuaian di masa pandemi virus korona (covid-19), Jumat, 7 Agustus 2020. Kurikulum ini diluncurkan agar sekolah bisa melakukan beberapa penyesuaian dalam memberikan pembelajaran kepada siswa.
"Kurikulum pada satuan pendidikan dalam kondisi khusus memberikan feleksibilitas bagi sekolah untuk memilih kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran siswa," kata Mendikbud Nadiem Makarim.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News