Penari Lengger Lanang asal Banyumas, Rianto. Foto: Zoom
Penari Lengger Lanang asal Banyumas, Rianto. Foto: Zoom

Tantangan Menghadirkan ‘Rasa’ Tari Lewat Pertunjukan Daring

Muhammad Syahrul Ramadhan • 29 April 2020 15:08
Jakarta: Menghadirkan ‘rasa’ dalam sebuah pertunjukan tari yang disajikan melalui media online atau daring diakui pelaku seni tari memiliki tantangan tersendiri. Tantangan itu biasanya tak banyak dijumpai saat pertunjukan tari disajikan di atas panggung dan ditonton langsung di tempat yang sama.
 
Kesulitan ini diakui penari Lengger Lanang asal Banyumas, Rianto. Berdasarkan pengalamannya ada ‘rasa’ yang berkurang saat menyuguhkan gerak tari lewat media daring.
 
“Ada keterbatasan, pertunjukan, latihan ataupun interaksi secara langsung masih ada batasan-batasan, itu permasalahannya.  Apalagi virtual, mengurangi 'rasa', bagi saya sebagai pelaku pastinya akan mengurangi 'rasa' dan sangat berbeda emosi dan perasaan ketika menari secara langsung,” kata Rianto dalam Diskusi Online memperingati Hari Tari Sedunia bertema "Kiprah Tari di Masa Pandemi", Jakarta, Rabu, 29 Maret 2020.

Lebih lanjut Rianto menyampaikan, dengan media digital ini baik yang melalui live streaming maupun rekaman hanya seperti menghafal teknik-teknik tarian. Bahkan kreativitas dan keindahan menurutnya juga akan jauh berbeda. 
 
"Itu menurut saya sangat wajar, bagi saya seorang seniman adalah kreator, jadi bisa menciptakan apapun rekaman ataupun virtual,  Hanya saja rasanya akan sangat tipis,” ungkapnya.
 
Pria 31 tahun ini juga mengakui, ada kekhawatiran akan ketergantungan dengan teknologi setelah pandemi ini berakhir.  Padahal teknologi belum bisa menangkap aura ataupun spirit dari tarian dan penari itu sendiri.
 
“Itu problem, saya harus ketergantungan dengan hal seperti ini, dari masyarakat dulu memang memiliki kemampuan yang luar biasa, dan saya percaya tubuh punya aura spirit yang tidak bisa dideteksi oleh teknologi,” terangnya.
 
Baca juga:  Empat Skema Keringanan UKT Disiapkan
 
Peneliti Kajian Tari Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Purnawan Andra menyampaikan, di masa pandemi ini penggunaan media digital untuk pertunjukan tari mempunyai dua sisi, baik positif dan negatif. Dengan media digital ini, baik live streaming maupun rekaman yang kemudian diunggah ke YouTube ataupun media sosial lain tetap memiliki keterbatasan.
 
Tidak bisa menyuguhkan tarian yang berkualitas baik secara teknik, suasana dan rasa.  Di sisi lain, hal positif yang bisa ditangkap adalah membuka pertunjukan tari dalam bentuk baru, yakni dengan pemanfaatan teknologi dan teknik pengambilan gambar yang tepat.
 
“Kehadiran tari dalam media online itu membuka peluang pada penjelajahan tari dalam media online menjadi suatu bentuk baru. Logikanya sama dengan dance di dalam film. Bisa mengahadirkan tari secara lebih detail," ujarnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan