Puasa Arafah dilakukan pada hari Arafah (tanggal 9 Dzulhijjah) atau sehari sebelum perayaan Iduladha. Pelaksanaan puasa ini juga bertepatan dengan jemaah haji melakukan wukuf di padang Arafah. Melalui puasa Arafah, umat Islam diharapkan dapat merasakan nikmatnya beribadah seperti para jemaah haji.
Karena itu, menurut Imam Syafi'i, puasa Arafah hanya dianjurkan untuk seorang muslim yang sedang tidak menjalankan ibadah haji. Namun, jika sedang melaksanakan haji, maka disunahkan untuk tidak melakukan puasa Arafah karena tengah mengerjakan ibadah yang memerlukan banyak energi.
Berikut penjelasan hadisnya:
"Dari Ummul Fadhl binti Al Harits, bahwa orang-orang berbantahan di dekatnya pada hari Arafah tentang puasa Nabi SAW. Sebagian mereka mengatakan, 'Beliau berpuasa.' Sebagian lainnya mengatakan, 'Beliau tidak berpuasa.'
Maka Ummul Fadhl mengirimkan semangkuk susu kepada beliau. Ketika beliau sedang berhenti di atas unta beliau, maka beliau meminumnya." (HR. Bukhari dan Muslim)
Baca: Puasa Berakhir, Ini Maanfaat yang Diperoleh Tubuh |
Niat puasa Arafah
Pelaksanaan puasa Arafah sama saja seperti puasa wajib. Anda harus mengucapkan niat terlebih dahulu pada malam sebelum akan berpuasa. Dilansir laman Nu Online, berikut niat puasa Arafah:
Nawaitu shauma ghadin ‘an ada’i sunnati Arafah lillahi ta’ala
Artinya: “Aku berniat puasa sunah Arafah esok hari karena Allah SWT.
Apabila Sobat Medcom lupa membaca niat di malam hari sampai terbit fajar, Anda tetap boleh menjalankan puasa Arafah selama belum melakukan hal yang membatalkan puasa. Seperti makan, minum, atau bersetubuh sejak terbit fajar sampai ia membaca niat.
Namun, Anda tetap harus membaca niat. Adapun niat yang dibacakan adalah sebagai berikut:

Nawaitu shauma Arafata sunnatan lillahi ta’ala
Artinya: “Saya niat puasa sunah Arafah karena Allah ta’ala.
Nah, itu dia hukum dan niat puasa Arafah. Semoga bermanfaat, Sobat Medcom!
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News