M Deni Maulana. DOK Puspresnas
M Deni Maulana. DOK Puspresnas

Puisi Antar Deni dari Hamparan Sawah hingga Raih Emas di FLS2N

Renatha Swasty • 13 Maret 2024 15:19
Jakarta: Keberanian M. Deni Maulana tak cuma menyimpan puisinya berbuah manis. Alumni SMAN 1 Cianjur ini meraih berbagai prestasi lewat untaian puisinya yang ia tulis dari hamparan sawah.
 
Puncaknya, ia meraih medali Emas dalam Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N). Anak buruh tani itu berhasil meraih prestasi tertinggi setelah dua kali gagal lolos ke tingkat nasional di FLS2N jenjang SMA bidang lomba Baca Puisi.
 
Deni mengenal puisi sejak duduk di bangku kelas 3 SD Negeri Karangtengah Cianjur. Ia merupakan anak yang pemalu. Saat itu, ia selalu membuat puisi di tengah hamparan sawah namun karyanya hanya disimpan sebagai catatan kecil.

Ketika di SMP Negeri 1 Karangtengah, ia mulai memberanikan diri mengikuti lomba Baca Puisi Bahasa Sunda. Momen itu menjadi yang pertama baginya tampil di hadapan banyak orang.
 
“Pengalaman pertama itu membuat saya semakin semangat untuk ikut lomba baca puisi lainnya, setiap bulan saya selalu mengikuti perlombaan baca puisi, baik tingkat kabupaten, maupun provinsi dan nasional,” ungkap Deni dikutip dari laman Puspresnas Kemdikbud, Rabu, 13 Maret 2024.
 
Laki-laki kelahiran Cianjur, 7 Juni 2004 ini semakin percaya puisi menjadi jalan meraih prestasi. Menurutnya, dengan membuat karya puisi dapat mengeluarkan potensi dan bakat dalam dirinya.
 
“Puisi juga memengaruhi akademik saya hingga sekarang. Saya semakin banyak belajar itu justru lewat puisi, bahkan saya pertama kali mendapat ranking 1 saat duduk di bangku SMA,” kenang Deni.  
 
Ketika di SMA Negeri 1 Cianjur, Deni tertarik mengikuti FLS2N, ajang talenta di bidang Seni Budaya yang diselenggarakan oleh Balai Pengembangan Talenta Indonesia (BPTI), Pusat Prestasi Nasional (Puspresnas), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).
 
Deni pertama kali mengikuti FLS2N bidang lomba Baca Puisi di masa pandemi pada 2020. Saat itu, dirinya mengikuti lomba secara daring.
 
Namun, ia hanya menduduki peringkat 10 di tingkat Provinsi Jawa Barat. Tahun selanjutnya, Deni kembali berjuang, namun keberuntungan belum berpihak kepadanya.
 
Dia harus puas di peringkat kedua sehingga belum berhasil lolos ke tingkat nasional. Pada tahun yang sama, ia harus kehilangan ayahnya, Mustopa, yang selalu mendukung bakat dan cita-cita anaknya. Wawang, ibundanya berusaha menguatkan dirinya untuk tetap semangat meraih cita-cita.
 
Tak putus harapan, di kelas 12 dirinya kembali mendapat kesempatan mewakili sekolahnya di FLS2N. Harapannya terkabul, perjuangan selama tiga tahun tak sia-sia. Deni berhasil lolos ke FLS2N tingkat nasional tahun 2022.
 
“Tangis haru begitu tumpah ketika saya membaca pengumuman lolos ke tingkat nasional bersama ibu tercinta. Saat itu saya juga langsung melakukan video call bersama guru pembimbing yaitu Ibu Siti Rukoyah, guru SMA Negeri 1 Cianjur, yang mendampingi saya sejak pertama ikut FLS2N,” kenang Deni.  
 
Deni tidak ingin menyia-nyiakan perjuangannya selama hampir tiga tahun. Ia semakin giat berlatih dengan didampingi guru pembimbingnya Siti Rukoyah.
 
Dia juga mendapatkan pelatihan bersama sastrawan asal Jawa Barat, Kang Ayi. Pelatihan itu difasilitasi oleh Dinas Pendidikan Jawa Barat.  
 
Deni berkompetisi daring dengan peserta didik dari 34 Provinsi di Indonesia dan Sekolah Indonesia di Luar Negeri (SILN). Usaha dan doanya terbayarkan, ia dinobatkan sebagai peraih Medali Emas FLS2N bidang lomba Baca Puisi Jenjang SMA Tingkat Nasional Tahun 2022.
“Tangis kebahagiaan tercurah, karena bisa berada di titik itu. Prosesnya sangat panjang dan butuh komitmen yang kuat. Saya selalu percaya, ketika melakukan sesuatu dengan ikhlas, percaya diri, dan tidak pernah lelah dalam belajar hal baru, maka semuanya akan dimudahkan,” tutur dia.
 
Prestasi Deni di FLS2N membawa berkah baginya. Ia berhasil lolos ke Universitas Gadjah Mada (UGM) melalui jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP), Awardee Beasiswa Pendidikan Indonesia (BPI) di UGM pada Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia.
 
Tak hanya itu, ia mendapatkan kesempatan menjadi pembaca puisi pada Konser Kemerdekaan bersama Gita Bahana Nusantara Republik Indonesia.
 
Deni tumbuh dan besar dekat dengan luasnya hamparan sawah. Di balik kisahnya, Deni selalu didukung penuh oleh kedua orang tuanya.
 
Saat di usia 7 tahun, Deni sempat ditinggalkan oleh Ibunya yang menjadi Pekerja Migran di Yordania. Lalu, almarhum Ayahnya hanya seorang buruh tani serabutan yang mengurus sawah orang lain. Tidak ada penghasilan tetap, terkadang untuk makan sehari-hari juga sangat terbatas.
Dia menjadi contoh keterbatasan tidak menghalangi menggapai cita-cita. Sosok Ibunya hingga saat ini juga menjadi penguat Deni.
 
“Hal yang paling saya syukuri sampai saat ini, yaitu bisa mengajak Ibu tinggal di Jogja dan menemani saya kuliah. Melalui FLS2N saya mendapatkan beasiswa full, sehingga bersyukur bisa mengontrak rumah di Jogja dan tinggal bersama Ibu,” ujar Deni.
 
Dia bermimpi bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang S2 dan S3. Deni ingin sekali menjadi seorang dosen Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing, penulis, dan sastrawan.
 
Deni juga mempunyai tujuan mulia ingin mengantarkan Ibunda tercintanya menjalankan ibadah umrah. Dia juga bertekad mengikuti Peksiminas (Pekan Seni Mahasiswa Nasional) bidang Baca Puisi, IISMA (Indonesian International Student Mobility Awards) hingga menjadi Mahasiswa Berprestasi (Mapres) di UGM bahkan tingkat nasional.
 
“Sejauh apa pun perjalanan, percayalah bahwa setiap langkah bisa membawamu lebih dekat pada tujuan. Jangan pernah ragu ketika mempunyai impian, karena mimpi bukanlah sekadar harapan, tetapi panggilan untuk mencapai keinginan, ” pesan Deni.
 
Baca juga: Inspiratif, Guru Sekaligus Suami Istri Ini Cetak Siswa Berprestasi Lewat Seni

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan