Kelima lagu Jawa itu, yakni Ladrang Ayun-ayun, Kupu Kuwi, Ketawang Subakastawa, Manyar Sewu, dan Lancaran Baita Kandas. Sedangkan satu lagu kontemporer, yakni Treetopia.
Irama gamelan Treetopia memiliki keunikan karena harmonisasinya dengan flute dan aransemen dangdut. Pengarang lagu Treetopia, Mags Smith, terinspirasi dari pohon indah di depan rumahnya yang dipotong setiap beberapa tahun namun kembali tumbuh dengan cepat.
Pemain gamelan didominasi anggota komunitas Nagamas yang merupakan penduduk lokal dari kota Glasgow dan dua pelajar Indonesia. Konser dipimpin oleh J. Simon van der Walt.
Bill Withmer sebagai pemain kendang didukung anggota Nagamas yang memegang instrumen lain secara bergiliran serta dua pelajar Indonesia, yakni Awang Bagas dan Antonius Bima Murti Wijaya yang tergabung dalam PPI Greater Glasgow.
Konser digelar pada Jumat, 14 Desember 2023 pukul 19.00 hingga 20.00 GMT. Acara juga diasiarkan langsung secara daring melalui kanal Instagram @ppigglasgow.
Catriona, salah satu pemain gamelan mengaku sangat menikmati permainannya dalam kelompok yang terdiri dari orang-orang yang beranekaragam dan saling mendukung.
“Saya sangat menyukai suara yang dihasilkan dari instrumen-instrumen ini, the music loops & layers, serta pergantian-pergantian yang terjadi selama permainan. Hal ini membuat intensitas, semangat, dan relaksasi menyatu di saat yang bersamaan,,” kata Catriona melalui siaran pers, Senin, 18 Desember 2023.
Dia mengungkapkan banyak tantangan yang perlu dia pelajari dalam permainan ini. Seperti memahami sinyal-sinyal kendang, perubahan pola, dan transisi di dalam lagu. Ketua PPI Greater Glasgow, Bima, mengaku sebagai warga Indonesia yang kesenian daerahnya dilestarikan di negara luar, perlu mendukung komunitas tersebut sesuai dengan kapasitas pelajar, yakni menjalin kolaborasi bersama.
Simon dan Mags, fasilitator dari Nagamas menyambut baik kolaborasi bersama antara Nagamas dan PPI Greater Glasgow. Kedua komunitas bersiap berkolaborasi menyambut acara besar Indonesia di Glasgow pada Juni 2024.
Komunitas Nagamas berdiri pada 1991. Sebelumnya, seperangkat gamelan yang dibuat oleh Eligius Suhirdjan didatangkan dari Yogyakarta pada 1990.
Gamelan ini diberi nama Spirit of Hope. Komunitas Nagamas melestarikan gamelan dengan menjangkau sekolah-sekolah dan mendukung orang-orang dengan kebutuhan khusus.
Saat ini, banyak aktivitas Nagamas berkolaborasi dengan perusahaan seperti Good Vibration, Royal Conservatoire of Scotland, dan Orchest for All. Mereka masih menggunakan the Spirit of Hope sebagai instrumen-instrumennya.
Baca juga: Diskusikan Ekonomi Biru, Akademisi hingga Praktisi Hadiri Konferensi di Glasgow |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News