Siswa SD sedang menulis di selasar kelas. Foto: MI/Rommy Pujianto
Siswa SD sedang menulis di selasar kelas. Foto: MI/Rommy Pujianto

Pandemi, Hak Pendidikan Anak Terancam Tidak Terpenuhi

Antara • 09 Juni 2020 19:31
Jakarta:  Direktur Proyek Pengurangan Risiko Bencana Save The Children, Victor Rembeth mengatakan, hak pendidikan anak terancam tidak terpenuhi karena pandemi covid-19.  Salah satu penyebabnya, banyak orang tua yang kehilangan pekerjaan.
 
"Anak terancam putus sekolah karena orang tuanya kehilangan pekerjaan. Menurut survei kami, satu dari tiga orang tua berisiko kehilangan pekerjaan dan menjadi pengangguran," kata Victor dalam bincang-bincang Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 yang dipantau melalui akun YouTube BNPB Indonesia di Jakarta, Selasa, 9 Juni 2020.
 
Victor mengatakan, tujuh dari 10 orang tua juga berisiko kesulitan memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari.  Kondisi ini juga berdampak pada ancaman tak terpenuhinya hak-hak anak.

Dari sisi anak, pandemi covid-19 yang mengharuskan orang-orang lebih banyak di rumah, juga mengancam pemenuhan hak pendidikan anak.  "Dua dari orang tua menyatakan anaknya tidak belajar dari website. Selain itu, anak berisiko mengalami kekerasan secara daring karena terlalu banyak mengakses internet," tuturnya.
 
Baca juga:  Gerakan Pulih Bersama, Kampanye Hadapi Kenormalan Baru di Sekolah
 
Dari sisi guru, tiga dari empat guru menyatakan tidak memiliki akses kepada internet baik website maupun aplikasi daring.  Sementara tujuh dari 10 guru membutuhkan material untuk melakukan pembelajaran jarak jauh.
 
Karena ada kemungkinan hak akan pendidikan tidak bisa dipenuhi secara maksimal pada masa pandemi covid-19.  Victor mengatakan, Save The Children menggagas Gerakan Pulih Bersama dengan memberikan dukungan kepada tujuh pihak, yaitu anak, guru, sekolah, orang tua, masyarakat, pemerintah daerah, dan pemerintah pusat.
 
"Sekolah harus didorong untuk memperkenalkan dan menerapkan norma dan kebiasaan baru yang sehat. Ada contoh di beberapa negara, kasus keterpaparan covid-19 meningkat setelah sekolah dibuka kembali," katanya.
 
Sekolah harus memastikan memiliki sarana mencuci tangan yang baik, dan sistem penjagaan jarak dengan pengaturan jarak tempat duduk serta pengadaan kelas pagi dan sore.
 
Selain itu, sekolah juga harus memastikan pembelajaran mencuci tangan yang benar juga dipahami oleh para murid.  Termasuk kebiasaan-kebiasaan baru karena anak bisa saja terpapar covid-19 di sekolah maupun saat perjalanan menuju atau dari sekolah.
 
"Dukungan masyarakat juga sangat penting. Ada masyarakat yang tidak peduli pada pembelajaran anak, bahkan sampai menolak guru yang mengunjungi murid untuk memberikan pembelajaran," tuturnya.
 
Sementara itu, pemerintah daerah dan pemerintah pusat diharapkan tidak terburu-buru dalam mengeluarkan kebijakan sekolah tatap muka serta membantu penerapan pembelajaran jarak jauh. 

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(CEU)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan