Antara lain, fenomena La Nina yang mengakibatkan potensi penambahan curah hujan hingga 20-40 persen. Fenomena ini akan berlangsung mulai akhir tahun 2024 hingga setidaknya April 2025. Selain itu, terdapat dinamika atmosfer lain yang diprediksikan pada periode Nataru aktif bersamaan, seperti Madden-Julian Oscillation (MJO) dan Cold Surge dari daratan Asia (Siberia) menuju wilayah barat Indonesia yang juga berpotensi menambah intensitas dan volume curah hujan di berbagai wilayah Indonesia.
"Untuk itu, kami mewanti-wanti masyarakat untuk mewaspadai potensi cuaca ekstrem yang dapat berdampak pada bencana hidrometeorologi di wilayah Indonesia seperti banjir, banjir bandang, dan tanah longsor, khususnya pada periode Nataru 2024/2025," kata Dwikorita dikutip dari laman bmkg.go.id, Senin, 25 November 2024.
BMKG merupakan lembaga pemerintah non-departemen yang menyediakan informasi cuaca, iklim, kualitas udara, dan gempa bumi di Indonesia. BMKG dipimpin seorang kepala badan.
Saat ini, BKMG dipimpin oleh Dwikorita Karnawati. Yuk kita kenalan dengan Dwikorita dikutip dari laman ppid.bmkg.go.id:
Profil Dwikorita Karnawati
Dwikorita Karnawati lahir di Yogyakarta pada 6 Juni 1964. Dia menyelesaikan pendidikan dan memperoleh gelar Sarjana Teknik Geologi dari Universitas Gadjah Mada pada tahun 1988.Rita, sapaan karib Dwikorita Karnawati, melanjutkan pendidikannya di Leeds University, Inggris dan mendapatkan gelar Master of Engineering Geology pada tahun 1992. Setelah itu, dia mendapatkan gelar Ph.D of Earth Sciences dari Leeds University, Inggris pada tahun 1996.
Rita memulai karier sebagai Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) pada 2014-2017. Dia memiliki pengalaman profesional yang luas dengan latar belakang akademik sebagai Profesor Geologi Lingkungan dan Mitigasi Bencana di UGM.
Baca juga: Ancaman Krisis Air Makin Nyata, BMKG Ajak Generasi Muda Terlibat |
Dia sangat aktif mempromosikan dan mengembangkan Sistem Peringatan Dini Multi Bahaya Nasional (MHEWS) dan sangat dihormati sebagai salah satu pemimpin ahli kunci dalam mengembangkan Keputusan Presiden untuk MHEWS Indonesia.
Rita melanjutkan penelitian tentang Prediksi Bencana Hidrometeorologis dalam Program Post Doctoral di Tokyo University of Agriculture and Technology, Jepang tahun 1997. Kemudian, menerima Penghargaan Profesor Leverhulme untuk lebih mengembangkan penelitiannya dalam Sistem Peringatan Dini Longsor Berbasis Masyarakat, di The Institute for Advanced Studies, Bristol University, Inggris pada tahun 2003.
Pada Oktober 2011, penelitiannya dalam Sistem Peringatan Dini Longsor Berbasis Partisipasi Masyarakat dipilih sebagai salah satu penelitian terbaik kategori Pengurangan Risiko Bencana Tanah Longsor oleh International Consortium on Landslides (ICL). Hal ini mengarahkan pada penunjukan UGM sebagai Pusat Keunggulan Dunia untuk Pengurangan Risiko Bencana Tanah Longsor.
Dia juga dianugerahi Program Penelitian Senior Fulbright untuk mengembangkan Integrasi Sensor Teknis dengan sensor Manusia untuk Sistem Peringatan Dini Tanah Longsor, yang dilakukan di The Visualization Center-Homeland Security Post Graduate Program, di San Diego State University, California, AS pada 2011-2012.
Sejak 2015, Rita ditunjuk sebagai Wakil Presiden International Consortium on Landslides (ICL). Dia aktif mempromosikan dan mengembangkan integrasi sensor teknis dan sensor manusia untuk sistem peringatan dini hidro-meteorologi.
Salah satu produk inovatif timnya telah menjadi referensi internasional (ISO 22327) pada tahun 2018. Pada 2019, dia terpilih sebagai Ketua the Intergovernmental Coordination Group of Indian Ocean Tsunami Warning and Mitigation System (ICG/IOTWMS).
Karena karyanya yang luar biasa, dia menerima serangkaian hibah penelitian dari Bank Dunia, serta dari Japan International Cooperation Agency (JICA) dan the British Council. Ini sangat penting untuk mendukung proses pengembangan Sistem Peringatan Dini Multi Bahaya. Khususnya, terkait bencana hidrometeorologi, gempa bumi dan tsunami di Indonesia, berkenaan dengan ketahanan hidup dan perlindungan lingkungan.
Rita juga konsisten bekerja pada pengembangan kapasitas Sumber Daya Manusia dan Program Pendidikan untuk Mitigasi Bencana sejak 1997. Antara 2004 dan 2014, dia menjabat sebagai koordinator untuk the ASEAN University Network–South East Asia Engineering Education Development Program (AUN Seed Net) di bidang Mitigasi Bencana (yang meliputi bencana hidrometeorologis).
Rita menjabat sebagai Kepala BMKG sejak November 2017. Dia aktif mendorong inovasi pada Teknologi Sistem Peringatan Dini dan Sistem Prakiraan Berbasis Dampak untuk Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika, didukung oleh Big Data, Artificial Intelligent (AI), dan Internet of Things (IOT), yang juga terhubung ke Media Sosial, Mobile Aps dan You Tube.
Dia menerima pengakuan luas dari mitra nasional dan lokal serta dari berbagai organisasi internasional untuk pekerjaannya. Rita juga telah diundang menjadi pembicara kunci dalam konferensi, pertemuan, dan acara di berbagai universitas dan lembaga di Amerika Serikat, Eropa, Australia, Selandia Baru, India, Jepang, Cina, dan Afrika untuk berbagi praktik terbaik dari pengalamannya dalam Pengurangan Risiko Bencana dan Sistem Peringatan Dini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id