Citayam Fashin Week. Medcom.id/Kautsar Halim
Citayam Fashin Week. Medcom.id/Kautsar Halim

Citayam Fashion Week Ingin 'Dicaplok', Kolaborasi Tak Melulu Soal Profit

Renatha Swasty • 26 Juli 2022 13:50
Jakarta: Citayam Fashion Week menjadi fenomena subkultur baru yang merepresentasikan kreativitas anak muda melawan kultur arus utama. Fenomena ini kemudian menarik segelintir pesohor berkolaborasi memanfaatkan peluang, meskipun pada akhirnya menuai kontroversi di masyarakat.
 
Dosen Fakultas Teknologi Industri Pertanian Universitas Padjadjaran (Unpad) yang juga pegiat industri kreatif Dwi Purnomo menjelaskan terlepas kontroversinya, kolaborasi merupakan sesuatu yang sah dalam memanfaatkan kreativitas Citayam Fashion Week menjadi sesuatu yang bernilai. Namun, kolaborasi bukan sekadar untuk menarik keuntungan.
 
“Mumpung momentum banyak kemudian uangnya bisa diambil, harusnya tidak begitu. Kolaborasi harusnya tetap menjadi kreativitas itu berkelanjutan, bukan sekadar profitnya,” kata Dwi dikutip dari laman unpad.ac.id, Selasa, 26 Juli 2022.

Dwi menjelaskan era digital saat ini menjadi upaya strategis memanfaatkan momentum kreativitas agar tidak lenyap begitu saja. Kolaborasi perlu dilakukan untuk menjaga kebelanjutannya, ide tetap dimiliki oleh komunitas penggagasnya, menghasilkan model bisnis yang bisa dibagi, dan memberikan kemanfaatan.
 
Dia menyebut Citayam Fashion Week merupakan momentum baik untuk menjadikan fenomena tersebut menjadi inovasi disruptif. Inovasi disruptif tersebut mampu menghadirkan kebaruan yang mampu memberi solusi terhadap kondisi yang ada.
 
“Harusnya ketika sudah viral, Citayam Fashion Week bisa dimanfaatkan menjadi sesuatu hal kebermanfaatan dalam jangka waktu yang panjang,” papar dia.
 
Namun, Dwi mengataka kolaborasi tetap perlu dikemukakan secara gamblang untuk menghindarkan salah persepsi oleh publik. “Siapa tahu asumsi saya, dia (pesohor) punya model bisnis bagus dan memiliki niat membuat subkultur tersebut menjadi berlanjut yang kemudian bisa dibagi secara berkeadilan,” kata Dwi yang juga Ketua Penataan dan Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Bandung tersebut.
 
Dwi menyebut di era digital ada pergeseran pengembangan model bisnis. Dari semula berorientasi ke profit, kini mulai berorientasi ke tujuan.
 
  • Halaman :
  • 1
  • 2
Read All




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan